Produk Pertanian Kita tidak Bisa Bersaing Jika Tidak Dibarengi Teknologi Modern

Senin, 28 Agustus 2017, 00:17 WIB

Ir. Jumadi

AGRONET - Pakar konsultan pertanian Pusat Pengembangan Agribisnis Jakarta, Ir. Jumadi menegaskan bahwa produk pertanian kita tidak akan bisa bersaing jika tidak dibarengi dengan penggunaan teknologi tinggi, mulai dari proses penanaman hingga pengolahan pasca panen. Kita harus banyak belajar dari negara-negara lain, misalnya Jepang, dengan lahan yang terbatas tapi bisa menghasilkan produk-produk pertanian berkualitas dan dengan harga bersaing. Hal itu disampaikan kepada Agronet ketika menghadiri acara reuni keluarga besar agribisnis Jakarta di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur ahad (27/8)

Bisnis saat ini dan ke depan harus dibarengi dengan teknologi tinggi, termasuk di dalamnya bisnis industri pertanian. Secara bertahap industri pertanian dengan sistem padat karya harus diubah menjadi yang berteknologi. Hal ini bukan berarti membuang Sumber Daya Manusia (SDM), ditingkat pekerja, tapi mereka harus diberi tambahan keterampilan tentang teknologi. ”Dengan teknologi akan banyak mengurangi biaya produksi, dan tentu saja akan menurunkan harga pokok produksinya (HPP),” kata Jumadi yang menyebut dirinya sebagai Social Preneur bidang pertanian.

Jumadi juga menggarisbawahi soal peran pemerintah yang belum serius soal penggunaan teknologi untuk pertanian. Sementara itu produk pertanian secara berkesinambungan menjadi isu nasional yang harus ditingkatkan. Impor berbagai komoditas tidak menyelesaikan soal pangan di negeri kita yang agraris ini. Oleh karena itu Jumadi mendorong agar pemerintah segera melakukan transformasi teknologi dari informal menjadi formal.

Sementara itu Ir. Teguh Budi Pramono sebagai pebisnis impor alat pertanian menegaskan bahwa, berbagai teknologi pertanian saat ini sudah ada, baik yang buatan lokal maupun luar negeri. Tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menggabungkan teknologi modern untuk pertanian di Indonesia. Kita harus banyak belajar dari orang Jepang.

Pengalamannya berbisnis dengan orang Jepang, Teguh melihat bahwa orang Jepang selalu menerapkan ajaran Rasullullah Saw dalam berbisnis, yaitu sidiq, amanah, tabliq, fatonah. ”Orang Jepang tidak pernah menyembunyikan ilmunya, kalau kita tanya maka mereka akan ceritakan semuanya. Konsep-konsep itu menjadi saya percaya berbisnis dengan mereka,” kata Teguh ketika memberi wawasan tentang bisnis impor alat pertanian di tempat yang sama.

Bisnis dengan menggunakan teknologi memang mahal di awal, namun begitu jalan semuanya gampang dimonitor. Teguh yang alumni Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada memberi contoh bisnis beras saja untuk menyiapkan sistemnya yang berbasis IT mencapai Rp 600 juta. (020)