Petani Herbal Purbalingga Siap Kolaborasi dengan Korporasi

Kamis, 13 September 2018, 12:04 WIB

Bussines gathering para petani tanaman obat (herbal) dengan beberapa perusahaan di antaranya PT Herba Emas Wahidatama dan PTScent Indonesia di gedung Andrawina, komplek Hotel Owabong, Purbalingga

AGRONET--Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTS) menjembatani petani tanaman obat untuk pasarkan produk, Rabu (12/9). Kegiatan tersebut dibalut dengan acara bussines gathering para petani tanaman obat (herbal) dengan beberapa perusahaan di antaranya PT Herba Emas Wahidatama dan PTScent Indonesia di gedung Andrawina komplek Hotel Owabong Purbalingga.

Plt. Kepala DPMPTSP Purbalingga, Mukodam, mengatakan, kegiatan tersebut dimaksudkan agar petani khususnya petani tanaman herbal mampu memasarkan produknya dan tidak terkendala masalah harga. Dirinya merasa prihatin tatkala petani kesulitan memasarkan produknya dikarenakan persaingan harga yang sulit untuk ditandingi.

“Kegiatan ini adalah dimaksudkan agar petani herbal bisa memasarkan produknya. Selain itu agar terjadi keterpaduan harga sehingga petani terjamin dan tidak terancam bangkrut,” kata Mukodam.

Keprihatinan tersebut bukan tanpa alasan, beberapa waktu lalu warga di Kecamatan Bobotsari sempat booming serempak menanam jahe. Namun mereka tidak bisa berkutik kala mereka tidak bisa memasarkan jahenya karena berbagai faktor. Mukodam juga mengantisipasi kejadian disebarnya sayuran seperti kubis di alun-alun beberapa tahun lalu agar tidak terjadi kepada petani tanaman herbal.

“Saya prihatin waktu dulu ada kubis disebar di alun-alun. Mudah-mudahan petani herbal tidak seperti itu karena amat disayangkan jika nantinya hal tersebut terjadi. Purbalingga memiliki potensi tanaman herbal yang luar biasa,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Kabid Holtikultura Dinas Pertanian Purbalingga, Joko Sugastono. Joko menjelaskan, peluang tanaman herbal dipasaran sangat terbuka lebar terlebih di Purbalingga. Menurutnya, tanaman herbal kini mulai diminati karena tanpa efek samping. Berbeda dengan obat-obatan kimia yang rentan terhadap efek negatif, obat-obatan herbal yang berasal dari tumbuhan sangat diburu bahkan oleh investor dari luar negeri.

“Dulu kita dijajah ya untuk hal satu ini. Rempah-rempah dan tanaman herbal. Di Eropa tanaman seperti tidak tumbuh dan hanya tumbuh di daerah tropis. Yang patut dibanggakan, 80% lebih tanaman obat yang ada di dunia tumbuh di Indonesia. Maka ini peluang untuk anda semua agar produktivitas meningkat,” ujar Joko.

Pembicara dari PT Herba EMAS Wahidatama, Yunan Salahudin menerangkan beberapa kebutuhan bahan baku (herbal) pertahun. Madu 45.000 kg, brotowali 14.000 kg, cengkeh 1.300 kg, jahe 2.000 kg, kayu manis 2.000 kg, kencur 10.000 kg, sambiloto 6.000 kg, sereh 2.000. Yunan mengajak petani yang hadir untuk meningkatkan produksinya dan jika di Purbalingga produk tersebut belum ada, dia menghimbau kepada petani untuk beralih menanam produk-produk tersebut.

Anas Uliluha, perwakilan PT Scent Indonesia memberikan komentar positif untuk petani-petani herbal di Purbalingga. Mereka menjaga kehigienisan produk dan tidak curang saat menyetorkan hasil pertanian mereka. PT Scent juga diketahui telah memegang sertifikat Kosher dari sebuah badan di luar negeri. Menurut Anas, standarisasi Kosher lebih ketat dengan melalui berbagai macam prosedur. Kosher adalah sebutan halal bagi komunitas Yahudi dunia.

“Petani di Purbalingga itu tidak curang dan menjaga kebersihan produk dibanding petani daerah lain. Makanya kami senang masuk di Purbalingga,” pungkasnya. (Humas Pemkab Purbalingga/222).