Unsoed dan Balitbangtan Kembangkan Salibu Jarwo Super

Selasa, 12 September 2017, 13:51 WIB

Panen Jarwo Super Inpago Unsoed 1 | Sumber Foto:Dok. Humas Unsoed

AGRONET - Hujan belum juga turun. Kekeringan pun melanda sejumlah daerah. Banyak petani tak mau menanam padi. Namun, di tengah kondisi keterbatasan air itu, petani Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Waluyo Tani, Purbalingga, tetap menanam padi. Mereka mencoba menerapkan Budidaya Salibu Jarwo Super dengan harapan, masih bisa mendapatkan hasil panen padi pada jeda antar musim tanam sekitar dua bulan ini.

Budidaya Salibu Jarwo Super ini diperkenalkan Tim Peneliti Kerja Sama Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Strategis (KP4S) Salibu Jarwo Super, kerja sama Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan). Berbeda dengan budidaya padi biasa, Salibu Jarwo Super tidak memerlukan waktu yang panjang dan juga tak memerlukan tenaga kerja dan biaya yang banyak.

Teknik budidaya Salibu Jarwo Super ini merupakan terobosan teknologi yang dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) lahan marjinal tadah hujan pada kondisi terbatas air dengan penghematan waktu, biaya, dan tenaga kerja.

Hal ini terungkap dalam rangkaian acara Panen Jarwo Super Inpago Unsoed 1, Pencanangan Salibu Jarwo Super yang menjadi pembuka diskusi Focus Group Discussion (FGD) Kaji Terap Teknologi Salibu Jarwo Super untuk Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) pada Lahan Marginal Tadah Hujan yang dilaksanakan Selasa (5/9) di lahan percobaan dan Balai Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Acara tersebut dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) Unsoed, Dr.Ir. Anisur Rosyad,M.S., Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Unsoed, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Kemangkon, Kab. Purbalingga, Ketua dan Pengurus Gapoktan Sri Waluyo Tani, serta tim Peneliti Unsoed dan Balitbangtan.

Tim Peneliti Program KP4S diketuai Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,M.P.,Ph.D. beranggotakan peneliti Balitbangtan Dr.Ir.Wiratno,M.Env.Mgt. dan peneliti Unsoed Dr.Ir. Noor Farid,M.Si., Dyah Susanti,S.P.,M.P., dan Agus Riyanto,S.P.,M.Si.

Prof. Totok Agung merupakan Direktur Program Pascasarjana Unsoed yang telah menghasilkan padi varietas unggul padi gogo aromatik dan padi protein tinggi, serta mengembangkan teknologi terintegrasi Salibu Jarwo Super, Superbodi serta budidaya padi terintegrasi tanaman perkebunan. Salibu Jarwo Super merupakan penyempurnaan teknologi Salibu yang dikembangkan Balitbangtan, dilakukan dengan memadukan Jarwo Super dengan Salibu, yaitu produksi padi yang dilakukan dengan menumbuhkan kembali tunas rumpun padi yang sebelumnya dibudidayakan intensif secara Jarwo Super dengan melibatkan pupuk hayati, biodekomposer, pengendalian hama penyakit terpadu dan mekanisasi.

Komponen teknologi utama yang dihadirkan dalam kaji terap ini adalah penggunaan varietas unggul padi yang toleran kekeringan, berdaya hasil tinggi, memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta responsif terhadap teknik budidaya salibu dan pupuk organik.

Beberapa varietas padi yang potensial untuk dibudidayakan secara Salibu, di antaranya, Inpago Unsoed 1 yang telah terbukti mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan dengan padi Mekongga yang ditanam secara tanam pindah pada pertanian terpadu di Desa Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Inpago Unsoed 1 yang dirakit Prof.Dr.Ir.Suwarto,M.S dan Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,M.P.,Ph.D. ini memiliki ketahanan terhadap kekeringan; daya hasil yang tinggi di lahan kering dan di lahan sawah; tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan blas leher batang ras 133; responsif organic; serta memiliki daya regenerasi lebih dari 95%, sehinggga jika dibudidayakan secara Salibu potensi hasilnya dapat mendekati pada saat dibudidayakan secara tanam pindah.

Galur padi protein tinggi yang dihasilkan oleh peneliti Unsoed juga sebelumnya terbukti memliki daya regenerasi tinggi, sehingga mampu berproduksi tinggi jika dibudidayakan secara Salibu. Varietas unggul padi lain yang juga potensial dikembangkan secara Salibu, di antaranya, Inpari 24 dan Inpari 32 yang dihasilkan oleh Balitbangtan.

Penggunaan varietas unggul padi dan galur padi protein tinggi yang dihasilkan Unsoed dan Balitbangtan ini menjadi materi dasar kaji terap Salibu Jarwo Super yang dilaksanakan di Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, ditambah varietas Situbagendit yang banyak ditanam oleh petani setempat sebagai pembanding.

Dyah Susanti,S.P.,M.P., Sekretaris Pusat Penelitian Tanaman Padi dan Kedelai LPPM Unsoed, menyatakan, komponen teknologi utama yang diaplikasikan dalam Salibu Jarwo Super ini adalah Bioprotector dan mekanisasi. Biopretector merupakan bopestisida nabati hasil penelitian Dr.Ir.Wiratno,M.Env.Mgt, peneliti Balitbangtan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian rempah dan Obat (Balittro), Bogor.

Perlindungan tanaman, menurut Dyah Susanti, merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya Salibu Jarwo Super, karena mensyaratkan kondisi tanaman padi yang sehat untuk dapat ditumbuhkan kembali tunasnya untuk pertanaman berikutnya.

“Pengendalian hama dan penyakit tanaman menggunakan biopestisida bioprotector inovasi Dr.Ir.Wiratno,M.Env.Mgt, alumnus Faperta Unsoed, ini terbukti mampu mencegah, mengendalikan, dan meningkatkan ketahanan tanaman padi yang dibudidayakan secara Jarwo Super, sehingga terjaga kesehatannya untuk dapat dilanjutkan ke budidaya secara Salibu Jarwo Super,” katanya.

Menurut Dyah Susanti, pada kondisi serangan hama wereng batang coklat besar-besaran di Kab. Purbalingga, petani Desa Karangtengah yang mengaplikasikan Biopreotector tetap bisa panen dengan penurunan hasil yang tidak terlalu besar, kurang dari 30 persen. “Tanpa menggunakan Bioprotector, petani di sekitar lokasi percobaan kehilangan hasil 50 hingga 90 persen, bahkan ada yang mengalami gagal panen. Mekanisasi merupakan salah satu komponen teknologi yang ditujukan untuk mempercepat dan mengurangi biaya tenaga kerja,” jelasnya.

Kemudian, Dyah Susanti memberikan data hasil Panen Jarwo Super Inpago Unsoed 1. Yaitu, Inpari 32 dengan bioprotector 8,9 ton/ha, Inpari 32 tanpa bioprotector 6,16 ton/ha, Inpago Unsoed 1 dengan Bioprotector 9,4 ton/ha, Inpago Unsoed 1 tanpa Bioprotector 7,896ton /ha.

Berdasarkan data tersebut, terbukti bahwa Bioprotector mampu meningkatkan produksi padi yang dibudidayakan secara Jarwo Super. Varietas Inpari 32 meningkat sebesar 44,48 persen, sedangkan Inpago Unsoed 1 meningkat 18,83 persen. Jarwo Super Inpago Unsoed 1 yang diaplikasi Bioprotector berdasarkan hasil kaji terap mencapai produksi tertinggi, yaitu 9,4 ton/ha, jauh lebih tinggi dibandingkan rerata produksi varirtas lain pada musim tanam April-September di Desa Karangtengah yang hanya sekitar 7 ton/ha. Ini terjadi karena kemampuannya menekan kehilangan hasil akibat serangan hama wereng batang coklat yang bersifat ganda. Ketahanannya terhadap wereng batang coklat biotipe 1 ini diperoleh karena bersifat genetis, dan dari Bioprotector.

Di akhir acara FGD, salah satu alat mesin pertanian yang dikenalkan pada program Pencanangan Salibu Jarwo Super adalah alat panen yang dapat memangkas rumpun padi hingga ke bagian bawah, yang merupakan modifikasi dari alat pemotong rumput, yang diserahterimakan oleh Dekan Faperta Unsoed Dr.Ir.Anisur Rosyad,M.S. kepada Gapoktan Sri Waluyo Tani.

Menurut Dyah Susanti, penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi kendala produksi pertanian melalui kerja sama perguruan tinggi dan lembaga penelitian diharapkan mampu membangun sinergi dalam pembangunan pertanian Indonesia. (Humas Unsoed/269/018)