Kementan Tingkatkan Target Produksi Pajale

Rabu, 09 Januari 2019, 05:17 WIB

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, berdialog bersama petani. | Sumber Foto: Kementan

AGRONET -- Pada tahun 2019 ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menargetkan kenaikan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale). Langkah yang dilakukan dengan penambah luas tanam melalui berbagai terobosan, seperti tumpangsari dan pemanfaatan lahan rawa. 

"Tahun 2019 ini ditargetkan tumpangsari 1,05 juta ha atau setara luas pertanaman 2,1 juta ha. Tumpangsari ini sebagai cara untuk memanfaatkan persaingan lahan antar komoditas," ujar Sekertaris Dirjen Tanaman Pangan (Sesdit DTP), Maman Suherman, di Jakarta, Selasa (8/1). 

Menurutnya, potensi lahan rawa yang sangat luas sudah dimanfaatkan sebagai pilot project sejak 2018 lalu. Tahun 2019 ditargetkan 500 ribu ha rawa di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Selatan (Kalsel). Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di rawa dapat meningkatkan indeks pertanaman dan mengembangkan korporasi petani.

"Proyeksi produksi 2019 akan meningkat lebih tinggi lagi dibanding 2018. Langkah yang dilakukan dengan dukungan program peningkatan produksi, perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pascapanen, dan pengamanan produksi," kata Maman. 

Pelaksanaan Upsus Pajale sejak tahun 2015, imbuhnya,  membuktikan kenaikan tajam luas tanam padi sebesar 2 juta ha. Dari 14 juta Ha tahun 2014 menjadi 16 juta Ha tahun 2018.

Target Swasembada Padi dan Jagung Tercapai

Target swasembada padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah telah tercapai. Tahun 2018 lalu produksi padi 83,04 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 48,3 juta ton beras. Menurut Maman, angka ini tercatat masih surplus karena konsumsinya lebih kecil sebesar 30,4 juta ton beras.

Begitu juga dengan jagung, tahun 2018 produksi jagung 30 juta ton pipil kering (PK). Sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 17 juta ton PK. Masih ada perhitungan surplus sekitar 13 juta ton. "Artinya swasembada padi dan jagung sudah bisa kita capai," ucapnya.

Sementara untuk komoditas kedelai, dia menjelaskan, pemerintah masih berupaya mencapai swasembada. Namun begitu, tercatat selama 5 tahun terakhir produksi kedelai di 2018 melonjak tajam.

Sementara itu, naiknya angka produksi Pajale, juga sejalan dengan naiknya kesejahteraan petani. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada Desember 2018 naik sebesar 0,04 persen menjadi 103,16 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) nasional Desember 2018 sebesar 112,21 atau naik 0,26 persen dibandingkan NTUP bulan sebelumnya.

Kepala BPS, Suharyanto, menyampaikan kenaikan NTP karena indeks harga yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,54 persen, lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (lb) sebesar 0,50 persen.  NTP menunjukkan nilai tukar dari produk-produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga termasuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, menjelaskan peningkatan daya beli petani ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi dan mengendalikan harga di tingkat petani maupun konsumen.  Menurutnya, di satu sisi, petani untung karena produk yang mereka hasilkan dibeli dengan harga tinggi. Di sisi lain, mereka pun bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. (591)