Neraca Perdagangan Wortel Surplus

Jumat, 18 Januari 2019, 05:54 WIB

Dirjen Hortikultura Kementan, Suwandi, saat meninjau hasil uji coba bibit wortel unggul di Berastagi, Karo, Sumatera Utara. | Sumber Foto: Biro Humas dan Informasi Publik Kementan

AGRONET -- Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan salah satu sentra penghasil tanaman wortel kualitas terbaik di Indonesia. Hasilnya telah dijual di berbagai daerah bahkan menjadi produk unggulan di Singapura, Malaysia, dan negara tetangga lainnya. 

Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan kualitas, perluasan pasar, dan pendapatan petani dengan penggunaan benih unggul dan sarana pertanian modern. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi atau menghentikan impor wortel.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi, menjelaskan produktivitas benih unggul wortel memang sangat tinggi dan kualitasnya bagus. Jika dibandingkan dengan wortel varietas gundaling dan varietas lokal lainnya, produksinya hanya 30 sampai 40 ton per hektare.

"Pelaku usaha bersama petani Berastagi saat ini tengah menanam benih wortel berproduksi tinggi. Kami hari ini melihat hasil uji coba benih wortel unggul produksinya 40 sampai 60 ton per hektare," kata Suwandi pada kegiatan uji coba wortel unggul di Berastagi, Karo, Kamis (17/1).

Dia menambahkan, potensi pasar wortel sangat besar baik untuk kebutuhan nasional maupun luar negeri. “Dulu kita impor wortel sekitar 43 ribu ton pertahun. Dari Cina 40 ton per minggu, juga dari Australia dan dari negara lainya," jelas Suwandi.

Berdasarkan data BPS, Januari-November 2018 ekspor wortel sebesar 17 ton, sementara impor hanya 3 ton. Dengan demikian terjadi surplus perdagangan wortel. "Patut kita banggakan, bahwa ekspor Januari-November 2018 naik 630 persen dibandingkan dari Januari-November 2017," tegasnya.

Oleh karena itu, Suwandi optimis seiring dengan program peningkatan produksi dan mutu, diharapkan ekspor ke depan akan melonjak. Apalagi dengan pengembangan wortel benih jenis unggul kualitas ekspor, sehingga bisa diekspor ke Cina, Asia, dan Timur Tengah.

"Selama ini petani hanya menanam wortel varietas lokal. Jadi, apabila pertanaman diperluas akan meningkatkan ekspor dan pendapatan petani," ujarnya.

Biaya wortel break event point (BEP) Rp1.000 sampai Rp1.200 per kg. Sedangkan harga jual di petani Rp3.000 per kg. Produktivitas bersih mencapai 10 ton per hektare. Kalau gross sekitar 25-30 ton perhektare dan sisanya reject dijual lokal.

Mandala, petani Berastagi, mengatakan hasil wortel yang ditanam di atas lahan 15 ha dapat menghasilkan sekitar Rp50 juta per bulan. Sementara itu, Armis, pemilik PT Pandiafarm di Berastagi, mengatakan pasokan wortel sangat lancar. Perusahaan sudah rutin memasok hingga 100 ton per hari keluar daerah, yakni ke Jakarta, Surabaya, Bali sampai Manokwari, Papua Barat.

Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Karo, luas panen wortel seluas 1.024 ha. Daerah penghasil wortel di Karo meliputi Kecamatan Simpang Empat, Naman Teran, Berastagi, Merdeka, Kabanjahe, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek, dan Barus Jahe. (591)