Yogyakarta Berhasil Kembangkan Sengon Unggul Tahan Penyakit

Sabtu, 25 Mei 2019, 08:22 WIB

Sengon (Falcataria moluccana) yang tahan terhadap penyakit karat puru atau karat tumor. | Sumber Foto:Dok KLHK

AGRONET -- Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta berhasil mengembangkan sengon (Falcataria moluccana) yang tahan terhadap penyakit karat puru atau karat tumor. Sengon unggul ini juga mempunyai potensi riap volume sebesar 45-54 m3 /ha/tahun dan telah mendapatkan sertifikat Kebun Benih Semai (KBS) dengan jangka waktu 2018 -2023.

Pengembangan sengon unggul yang toleran terhadap penyakit karat tumor dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari seleksi benih, membangun kebun benih, seleksi pohon superior, memanen benih unggul generasi pertama dan membangun kebun benih generasi berikutnya.

“Pada tahap awal yaitu mengumpulkan benih-benih sengon yang berasal dari pohon induk superior dan toleran terhadap penyakit. Benih dikumpulkan dari Wamena, Serui, Manokwari dan Nabire serta import benih dari Solomon,” jelas Dr. Liliana Baskorowati, Ketua Tim Pemuliaan Kayu Pertukangan Sengon, yang juga Peneliti Utama pada B2P2BPTH baru-baru ini saat ditemui di ruang kerjanya.

“Tahap selanjutnya yaitu dengan membangun kebun benih sengon di beberapa lokasi yang sudah terjadi epidemi penyakit, sehingga tanaman akan terkontaminasi penyakit secara alami. Pembangunan KBS generasi pertama dilakukan di Lumajang, Jember dan Bondowoso,” tambahnya.

Berdasarkan hasil pengamatan di tiga lokasi kebun benih di Jawa Timur tersebut, diperoleh 43 famili yang toleran terhadap karat tumor. Famili yang toleran tersebut selanjutnya ditanam di tiga lokasi yaitu Jembrana di Bali Barat, Jampang Sukabumi dan Kepahiyang di Bengkulu pada tahun 2013-2014.

Saat ini, menurut Liliana, seleksi pohon superior yang toleran terhadap penyakit sudah selesai dilakukan. Pemanenan benih unggul sengon toleran karat tumor generasi pertama sudah dilakukan awal tahun 2018 dan 2019. Rencananya, Tim Pemuliaan Kayu Pertukangan Sengon akan mengembangkan kebun benih sengon generasi kedua di beberapa wilayah di Jawa bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi setempat.

“Sumber benih yang akan segera dibangun adalah di Kediri Jawa Timur bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perbenihan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; di Semarang bekerjasama dengan UPT Perbenihan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, di Pangkal Pinang bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai – Hutan Lindung (BPDAS-HL) Baturusa Cerucuk,”terangnya.

Liliana berharap dari inovasi ini, nantinya akan dibangun kantong-kantong kebun penghasil benih unggul yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh petani setempat. Pengujian di tingkat persemaian dengan inokulasi buatan tetap dilaksanakan untuk pengujian lanjutan famili yang terindikasi toleran tersebut. 

Inovasi ini tentunya membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemasok utama kebutuhan kayu sengon dunia. Karena selain tahan penyakit, sengon unggul ini juga memiliki produktivas riap yang jauh lebih tinggi dari sengon rakyat. Menurut Kementerian Perdagangan, saat ini kebutuhan kayu sengon dunia mencapai 50 juta kubik/tahun, sementara Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 3 hingga 5 juta kubik/tahun.

Budidaya sengon sebenarnya sangat mudah, tidak membutuhkan perawatan khusus. Di Pulau Jawa, kayu sengon merupakan jenis yang paling banyak ditanam oleh petani di hutan rakyat. Oleh karenanya Pulau Jawa menjadi salah satu pusat penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia.

Namun epidemi penyakit karat tumor yang melanda tanaman sengon di Pulau Jawa merupakan ancaman yang dapat menurunkan produksi kayu sengon pada tahun-tahun mendatang. Penyakit yang disebabkan oleh spora jamur Uromycladium falcatarium mampu menyerang tanaman tingkat semai maupun tanaman dewasa dengan penyebaran yang sangat cepat dan jangkauan yang sangat luas.

Penggunaan benih unggul sengon toleran karat tumor diharapkan akan menekan laju penyebaran penyakit karat tumor. Inovasi ini diharapkan akan menjadi motivasi baru bagi para petani untuk terus mengembangkan tanaman sengon di lahan miliknya, selain karena mudahnya budidaya, daur panen yang pendek dan harga sengon yang relatif tinggi. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan produksi kayu sengon untuk mendukung pengembangan produk-produk berbasis kayu sengon di masa mendatang. (litbang KLHK/234)