Budi S Pranoto Berorganik untuk Hidup Sehat

Minggu, 08 April 2018, 18:06 WIB

Budi Setiawan Pranoto berdiri di lahan BSP Farm | Sumber Foto:Dokumen pribadi

AGRONET – Gaya hidup sehat membuat penampilan sesorang tampak selalu segar dan bugar.  Lihat saja sosok Budi Setiawan Pranoto, mantan CEO Astra Otopart. Siapa sangka ia berusia hampir 70 tahun.  Salah satu rahasianya, ia mengkonsumsi makanan organik dari kebunnya sendiri.  Budi, begitu ia kerap disapa, menyebutkan, “Kekebalan tubuh saya semakin terjaga dengan mengonsumsi makanan-makanan yang ditanam secara organik.”

Perusahaannya, PT Kapol Antar Nusa, memiliki lahan seluas 40 hektare atau lebih populer dengan sebutan BSP Farm.  BSP bukan langsung singkatan dari Budi Setiawan Pranoto melainkan Bumi Sarana Panorama.  BSP Farm memulai pertanian organik tahun 2006.  Dibutuhkan waktu dua tahun untuk menyesuaikan dari pertanian konvensional menjadi pertanian organik. 

Tidak hanya pertanian organik yang Budi kembangkan.  Keseriusan Budi dalam bergaya hidup sehat juga tercermin dari keterlibatannya dalam industri jamu.  Tak tanggung-tanggung jabatan Komisaris independen PT Sido Muncul Tbk, pernah Budi duduki.  Gaya hidup sehat Budi sudah terbentuk dari ia masih kanak-kanak. 

Kedua orang tuanya berasal dari keluarga Tionghoa Lasem yang sudah sekitar delapan generasi tinggal di sana. Ayahnya, Hardjo Pranoto, bukan hanya guru silat dan pesulap. Ia juga tukang obat, hal yang membuat Budi paham bagaimana bergaya hidup sehat. Sedangkan ibunya adalah pembatik corak Laseman. Hal yang menjelaskan mengapa kelak Budi juga tertarik pada dunia seni.  

Pada tahun 1940-an, di masa revolusi, keluarga itu pindah ke Semarang. Mereka kemudian berjualan tempe di kawasan Pecinan, Semarang. Resep makanan sehat yang dijual keluarganya itu, menurut Budi dalam sebuah wawancara, “berasal dari Mbok Tinah.” Pembantu rumah tangganya.

Di Semaranglah Budi tumbuh dan besar, hingga menamatkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Selulus kuliah, ia pun hijrah ke Surabaya bekerja di pabrik ‘tas kresek’. Tak berapa lama kemudian ia menjadi salesmen sirup yang mengantarkannya hijrah ke Ibukota. 

Di Jakarta, Budi memperoleh peluang karier baru.  Masih tetap menjadi salesmen namun kali ini Budi bergabung dengan PT Astra Internasional untuk wilayah Sumatra.  Di grup Astra inilah ia meniti karir sampai menjadi CEO Astra Otopart Tbk., yang membawahi 31 perusahaan dengan ribuan karyawan. Kedekatannya dengan dunia pedesaan, membuatnya tertarik untuk membeli tanah di Kampung Loji Desa Pasir Jaya, Cigombong, Bogor pada tahun 1980-an.

Budi bukan membeli tanah itu untuk pengembangan bisnis. Untuk bisnis keluarga, ia mengembangkan bisnis bengkel dengan puluhan cabang di Indonesia. Tanah itu lebih ia jadikan semacam ‘hiburan’ yang memiliki manfaat luas sebagaimana halnya galeri seni yang dimilikinya di Jogja. Sedangkan untuk menjaga kesehatan, ia menggemari olahraga tenis meja. Juga aktif di organisasi olahraga tersebut.

Meskipun sudah menjaga kesehatan, masalah pun terjadi. Di pertengahan tahun 1990-an, aorta serta klep jantungnya harus diganti dengan keramik. Hal yang menurut Budi, membuat istrinya khawatir karena di saat sepi malam detak jantung itu begitu terdengar. Ia sendiri menanggapi itu dengan berseloroh bahwa suara keras jantungnya menandakan bahwa dirinya masih hidup.

Kejadian itu makin membuatnya lebih sungguh-sungguh untuk hidup sehat. Maka ia pun perlahan  mengalihkan budidaya pertanian di lahannya ke sistem organik. Sayur-mayur, nanas, kopi, salak, padi, dan beragam tanaman lainnya sekarang dibudidayakan disana secara organik.

“Alasan utama saya masuk berkebun organik itu karena menyehatkan banyak orang,” kata Budi ketika sedang menerima rombongan kunjungan UNDIP Business Community (UBC) ke farmnya. Sistem organik itu dinilainya penting karena tanpa zat kimia yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

Sisi lain yang juga dicermatinya adalah bahwa potensi bisnis pertanian organik sangat besar dan terus bertumbuh.  Apalagi sistem ini juga tidak merusak struktur tanah pertanian. Untuk mengembangkan agrobisnis sistem organik itu menurutnya perlu memperhatikan kesesuaian lahan, ketersediaan air, kecocokan iklim, serta lingkungan dengan jenis tanaman yang dipilih.

Budi tampak menikmati pilihannya itu. Berkebun organik, menikmati hasil-hasil panennya, juga berbagi ilmu tentang pertanian organik tersebut. BSP Farm dikembangkannya tak sekadar untuk produksi, melainkan juga untuk wisata hidup sehat lewat BSP Tourism.  Bagi Budi, anugerah Tuhan padanya sungguh sudah sangat memadai. Sekarang ia hanya merasa perlu “menanam dan menyiram saja, karena Tuhan yang menumbuhkannya.”

Sosok yang biasa dipanggil kawan-kawannya dengan sebutan ‘Mas Budi’ ini bugar antara lain karena mengonsumsi hasil organik tanaman yang ditanamnya sendiri. Budi menikmati hasil dari usaha hidup sehat yang telah ditanamnya bertahun-tahun. (269)