BPS: Harga Makanan Turun Sebabkan Deflasi

Senin, 01 Oktober 2018, 15:01 WIB

Gedung PBS Jakarta.

AGRONET -- Pada September 2018 kelompok bahan-bahan makanan menyumbang deflasi sebesar 0,18 persen. Deflasi disebabkan karena turunnya harga beberapa bahan makanan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, Senin (1/10) di Jakarta mengungkapkan dalam periode ini kelompok bahan makanan menyumbang deflasi sebesar 1,62 persen.  Bahan-bahan makanan itu, antara lain: daging ayam ras 0,13 persen, bawang merah 0,05, ikan segar 0,04, telur ayam ras 0,03, cabai rawit 0,02, dan komoditas sayuran 0,01 persen.

Ditambahkannya, di bidang transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami deflasi sebesar 0,05 persen, karena turunnya tarif angkutan udara. Penurunan tarif terjadi di 82 kota, kecuali Bengkulu.

Di bidang pendidikan, olahraga pada September 2018 mengalami inflasi sebesar 0,54 persen. Hal ini karena ada kenaikan uang kuliah di perguruan tinggi.

Bidang kesehatan mengalami inflasi 0,41 persen, sandang 0,27 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,29. Sementara perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,21 persen.

Dijelaskannya indeks harga konsumen dari 82 kota tercatat, 66 kota menyumbang deflasi. Selebihnya 16 kota mengalami inflasi. 

Inflasi tinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,59 persen dan inflasi rendah di Bungo (Jambi) sebesar 0,01 persen. Deflasi tinggi terjadi di Parepare (Sulawesi Selatan), sebesar 1,59, sedangkan deflasi terendah terjadi di Tegal, Singkawang (Kalimantan Barat), Ternate (Maluku Utara), dan Samarinda (Kalimantan Timur) masing-masing 0,01 persen.

Dapat dipahami bahwa deflasi adalah suatu periode harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, sebaliknya deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. (591)