Ayo...Berswasembada Sayuran di Lingkungan Keluarga!

Senin, 22 Oktober 2018, 14:35 WIB

Sayuran di pekarangan rumah. | Sumber Foto:Istimewa

AGRONE--Anjuran  pemanfaatan lahan atau pekarangan di rumah untuk tanaman produktif terus digaungkan oleh Kementerian Pertanian [Kementan]. Masyarakat dianjurkan untuk menanami lahan di rumahnya dengan sayuran dan buah-buahan.

Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi, pemanfaatan lahan pekarangan sangat potensial untuk menyediakan pangan bagi keluarga. “Produksi pangan tidak hanya ada di lahan sawah,” tutur Suwandi ketika meninjau pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Berkah, Bojong Genteng, Sukabumi, Jawa Barat, kemarin [21/10].

Ia yakin pekarangan di rumah-rumah penduduk bisa menyediakan pangan yang cukup dan beragam. Selain itu, jika dikelola dengan baik dari aspek hulu hingga hilir, kegiatan produktif di lahan pekarangan akan bisa memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat.

“Kami mengimbau masyarakat agak secara maksimal memanfaatkan pekarangan yang ada. Kalau itu dilakukan akan bisa memenuhi ketersediaan pangan [swasembada] bagi keluarga,” kata Suwandi.

Dia menjelaskan ada banyak jenis tanaman yang bisa tumbuh dengan baik di pekarangan rumah. Dirjen menyebutkan, sayuran dan cabai sangat cocok ditanam di lingkungan perumahan. Bahkan jika ada sedikit lahan, pekarangan juga dapat ditanami aneka buah-buahan [mangga, jambu, jeruk, kelengkeng, durian, nanas, dan lain-lain].

Untuk kegiatan ini, Kementan akan menyalurkan bibit pada rakyat disertai dengan proses pendampingan oleh petugas. Semua bibit akan diberikan secara gratis.

Kementan juga akan membangun pasar lelang serta industri kecil. Ini dimaksudkan untuk menampung hasil panen masyarakat. “Kelebihan hasil panen nanti bisa disalurkan di pasar lelang tersebut,” paparnya.

Sedangkan Kepala Desa Barkah, Andriyansayah, bertekad untuk mewujudkan swasembada sayuran di wilayahnya. Program ini bahkan telah berjalan sekitar dua tahun. Praktis selama ini kebutuhan sayuran warganya bisa dipenuhi sendiri.

Program itu mereka namakan pirus atau pipir diurus. Artinya, masyarakat harus memanfaatkan pekarangnan rumah untuk ditanami sayur-sayuran.

Andri menyatakan, program itu tak terlalu sullit dijalankan. Ini karena semangat dan kesadaran masyarakat cukup tinggi untuk menjalankan hal itu. Bahkan tak harus di pekarangan rumah, beberapa jenis sayuran juga dibudidayakan dalam polibag. [442]

BERITA TERKAIT