Pertama di Indonesia, Ribuan Benih Udang pada INTAN-AP PANDU Ditebar

Jumat, 26 Oktober 2018, 09:30 WIB

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, bersama pejabat terkait menebar bibit udang di Desa Lawalu, Barru, Sulawesi Selatan. | Sumber Foto: Humas BRSDM KKP

AGRONET -- Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja, didampingi Kepala Pusat Riset Perikanan, Toni Ruchimat, melaksanakan kegiatan tebar 4.200 benih udang windu. Kegiatan berlangsung pada acara inovasi teknologi adaptif perikanan mina padi air payau (INTAN-AP) padi udang windu (PANDU), milik Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) di Desa Lawalu, Kab. Barru, Sulawesi Selatan, Kamis (25/10).

Mina padi air payau berada di atas lahan seluas satu hektare. Sekitar 0,92 hektare untuk kegiatan budi daya padi dan udang windu, sisanya sekitar 0,08 hektare untuk tandon (penampungan air payau).

Sjarief menjelaskan lahan mina padi air payau PANDU pada awalnya merupakan lahan menganggur yang terjadi akibat pengaruh air laut. Untuk memanfaatkan potensi lahan tersebut diperlukan teknologi dan komoditas ikan yang sesuai.

“Karena pertimbangan itu, BRSDM mengembangkan teknologi yang matang hulu-hilir untuk beberapa jenis, salah satunya udang. Sementara itu, Kementerian Pertanian telah mengembangkan varietas padi yang toleran air payau dengan salinitas 3-10 ppt (parts per thousand).

“KKP menginisiasi program mina padi yang merupakan integrasi dua teknologi menjadi suatu inovasi teknologi. Program ini disebut inovasi teknologi adaptif perikanan mina padi air payau (INTAN-AP),” jelas Sjarief.

Perakitan udang windu unggul melalui seleksi individu pada karakter pertumbuhan udang windu juga telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Maros (BRPBAP3-Maros). Selain faktor pertumbuhan, udang windu unggul ini juga dapat diadaptasikan pada air payau dengan salinitas rendah hingga kisaran 3-5 ppt.

“Ke depan tempat ini akan dijadikan kawasan mina padi salin (air payau) pertama di Indonesia. Kami akan siapkan bantuan berupa beko untuk merapikan wilayah ini,” katanya.

Dia mengajak masyarakat sekitar untuk ikut mengelola kawasan ini. “Kita berdayakan untuk mengolah padi sama udang. Padi dibuat jadi padi organik mina padi salin dikemas 5 kg. Kulit udang dikupas bisa dijadikan benang operasi, jadi ada nilai tambah,” ujarnya. 

Dengan metode ini, diharapkan alih fungsi lahan dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. “Mari kita ciptakan generasi baru, generasi petani/nelayan yang milenial dengan sentuhan teknologi,” tuturnya. (591)