BRSDM Inovasi Tanaman Air, Dapat Menjadi Peluang Bisnis Masyarakat

Jumat, 09 November 2018, 10:22 WIB

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, (kedua dari kiri) memberikan keterangan pers tentang potensi bisnis tanaman air Indonesia di gedung KKP Jakarta. | Sumber Foto: Humas BRSDM KKP

AGRONET -- Tanaman air yang biasa disebut aquatic plant atau flora aquatic merupakan bagian dari perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain bernilai estetika, tanaman air juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistiem perairan. Hal ini merupakan potensi yang dapat dijadikan komoditas baru dalam dunia bisnis untuk meningatkan perekonomian nasional.

Melihat besarnya potensi yang ada, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memulai riset  tanaman air. Riset diawali dengan pendataan spesies tanaman air endemik Indonesia yang dapat digunakan sebagai estetika atau hiasan akuarium, dan obat-obatan.

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, menjelaskan sebagian besar masyarakat belum mengetahui manfaat dan kegunaan tanaman ini. Padahal, ujarnya, ada potensi komoditas baru yang harus disampaikan kepada publik sebagai  peluang bisnis. “Kita gali dan kemudian kita dorong produksinya agar bisa diekspor,” ujar Sjarief dalam pertemuan pers di kantornya, gedung KKP Jakarta, Kamis (8/11).

Menurut Sjarief, BRSDM telah mengidentifikasi 218 dari target 400 spesies. Sebanyak 218 spesies akan dikembangkan. “Tentu saja kalau membiakkan dengan cara biasa akan memakan waktu. Dengan proses kultur jaringan akan mempercepat proses,” tambahnya.

Pada kesempatan itu, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Pertanian, Kementerian Pertanian, Mastur, mengungkapkan pihaknya akan terus mendorong inovasi pembiakan tanaman air hias yang dilakukan BRSDM. "Budi daya tanaman air hias ini memang menggiurkan bagi yang mau memulai bisnis ini,” ungkapnya.

Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) BRSDM sudah melakukan berbagai inovasi riset, antara lain menggunakan teknik kultur jaringan atau inovasi In-Vitro pada tanaman hias air untuk estetika (aquascape) dan obat herbal alami baru untuk penyakit ikan. BRBIH juga telah mengidentifikasi tanaman air endemik dari perairan  Pulau Kalimantan, yakni jenis bucephalandra  yang memiliki nilai ekonomi di dalam negeri sebesar Rp50.000-500.000 per rimpang dan nilai ekspor sekitar Rp4 juta per rimpang.

Studi dan inventarisasi tanaman air endemik di seluruh perairan Indonesia, kata Sjarief,  sangat penting dilakukan sebelum diklaim pihak asing. Pasalnya, tanaman air banyak diminati dalam negeri hingga manca negara. “Dalam waktu dekat, proses budi daya tanaman air hias ini akan disosialisasikan kepada para petani. Harapannya agar para petani bisa mendapatkan hasil panen tanaman air hias dalam jumlah banyak tanpa merusak ekosistem,” ujarnya. (591)