Tanaman Pulai Sebagai Pakan Ternak Kambing

Sabtu, 29 Desember 2018, 06:31 WIB

Tanaman pulai atau tanaman gabus. | Sumber Foto: Balitbang Kementan

AGRONET -- Salah satu faktor penting dalam meningkatkan produksi ternak terutama kambing adalah penyediaan tanaman pakan ternak yang berkualitas, kontinyu, serta berkelanjutan. Salah satunya adalah tanaman pulai (Alstonia scholaris) atau dikenal dengan nama umum kayu gabus yang dapat dimanfaatkan untuk pakan dan pengobatan penyakit scabies pada kambing.

Seperti dilansir Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatera Utara, kualitas hijauan tanaman pulai mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan untuk ternak. Kandungan protein kasar, serat deterjen netral, dan serat deterjen asam pulai berturut-turut sebesar 18 persen, 25 persen, dan 17 persen.

Kandungan bahan organik pulai berkisar antara 91-92 persen, setara dengan kandungan bahan organik pada G.sepium 87-91 persen dan S. sesban 89-90 persen yang dipotong pada umur 6 minggu. Terlihat dari kualitas yang dimiliki tanaman pulai sangat berpotensi sebagai sumber pakan ternak, serta merupakan alternatif sumber protein murah untuk peningkatan produktivitas ternak kambing.

Sementara itu, kandungan tanin pulai mencapai 0,67 persen, tanin terkondensasi (condensed tanin) 0,009 persen, dan saponin 1,92 persen. Komponen sekunder pulai relatif rendah sehingga diharapkan ternak yang mengonsumsi pulai tidak mengalami ganggguan dalam pertumbuhannya.

Salah satu cara penyediaan tanaman pulai secara kontinyu adalah melalui budi daya. Pulai dapat dikembangkan, baik secara generatif maupun vegetatif. Penyediaan bibit berkualitas secara generatif  masih terhambat karena belum adanya sumber benih yang sudah diuji. 

Oleh karena itu bibit dapat diperoleh dari pohon induk. Teknik ini sangat penting karena akan mempertahankan genotif jenis-jenis pohon yang melakukan penyerbukan silang dan berdaur panjang. Teknik pembiakan vegetatif pulai dapat dilakukan dengan cara stek cabang dan stek pucuk. Tingkat keberhasilan stek pucuk mencapai 89 persen.

Di Indonesia, pulai biasanya berbunga dan berbuah antara bulan Mei sampai Agustus. Pulai berbiji sangat banyak rata-rata tiap kilogram biji kering berisi 500.000 butir. Produksi segar pulai per panen yang diperoleh pada intensitas pemotongan 120 cm dan interval panen 90 hari dengan jarak tanam 2 x 3 meter, yakni sebanyak 4,83 kg/phn/panen, atau sebanyak 32,34 ton/ha/tahun.

Proporsi daun dibandingkan dengan batang pulai relatif baik, yakni 0,42. Umumnya bagian tanaman yang dikonsumsi ternak dan lebih palatabel (disukai) adalah daun. Di samping itu kandungan nutrien daun lebih baik dibanding batang. Daun merupakan bagian tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis maupun sintesa protein. 

Pulai termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran, dan hutan kecil di pedesaan. Ditemukan di dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman pulai banyak dikembangkan oleh Badan Litbang Kehutanan. (591)