Ubur ubur merah siap ekspor | Sumber Foto:Farid Gaban
AGRONET -- Air Teluk Saleh (Moyo) di Sumbawa nampak merah dilihat dari atas pada bulan-bulan terentu. Itu karena ledakan populasi ubur/ubur merah (Crambione mastigophora).
Nelayan dan warga setempat ramai turun ke laut untuk menangkapnya. Ini salah satu komoditas ekspor musiman yang harga akhirnya, di konsumen, mahal, namun apa yang didapat nelayan relatif kecil.
Di tingkat nelayan hanya puluhan ribu rupiah per kilogram, tapi di luar negeri bisa jutaan.
Ubur-ubur merah diekspor sampai Jepang dan China. Bisa langsung untuk campuran mie rebus, atau disantap mentah bagian dari sushi dan salad.
Penangkapan dan pengolahan ubur-ubur ini menuntut pengelolaan secara berkelanjutan agar tidak punah dan mensejahterakan nelayan.
Ubur-ubur ini ditemukan di perairan Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Sengatan belalai ubur-ubur ditakuti para perenang dan penyelam di laut. Ada yang cuma menyebabkan kulit gatal atau seperti terbakar. Tapi, ada pula yang racunnya mematikan.
Kalau sudah di darat dan mati, beberapa jenis ubur-ubur memang bisa dimakan setelah dikeringkan jadi abon, misalnya. Sejak dahulu kala, ubur-ubur salah satu lauk populer bagi warga pesisir dan pulau-pulau kecil Asia Tenggara.
Sumber : Farid Gaban
Jumat, 21 Maret 2025
Kamis, 27 Februari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Sabtu, 22 Februari 2025
Selasa, 18 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025