Kunjungan ini untuk mendalami bagaimana CCS dapat memiliki nilai ekonomi.

Berkat Teknologi Carbon Capture, PT RMI-Mitr Phol Direkomendasi Urus SPE

Sabtu, 07 September 2024, 09:51 WIB

Kunjungan ke lahan tebu di wilayah PT RMI-Mitr Phol, Blitar, Jawa Timur, Kamis (5/9/2024). | Sumber Foto:Dok. RMI-Mitr Phol

AGRONET – Penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS) dan zero waste PT Rejoso Manis Indo (RMI)-Mitr Phol ditinjau Staf Ahli Menteri Pertanian Dr Ir Prihasto Setyo, MSc dan Ketua Pandu Tani Indonesia (Patani) Sarjan Tahir, Kamis (5/9/2024). Pabrik gula di Blitar ini kemudian direkomendasi untuk mengurus Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) gas rumah kaca (GSK).  

Prihasto mengatakan, ia dan tim Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian di bawah Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) ingin melihat penerapan CCS di PT RMI-Mitr Phol. Menurut keterangan tertulis perusahaan yang diterima Agronet, kunjungan ini untuk mendalami bagaimana CCS dapat memiliki nilai ekonomi, termasuk insentif dari pemerintah seperti keringanan pajak atau perdagangan karbon.

"Langkah pertama dari sistem ini adalah kita harus mengukurnya dulu secara kualitatif dan kuantitatif dengan metodologi yang diakui secara internasional dan nasional," ujar Prihasto.

Prihasto mendorong PT RMI-Mitr Phol untuk melangkah lebih jauh dengan mengurus SPE. Proses ini dilakukan melalui bekerja sama dengan lembaga penelitian untuk mengukur emisi rumah kaca dari penerapan CCS yang dilakukan perusahaan. Langkah itu diharapkan dapat membuka peluang untuk mengembangkan teknologi CCS lebih lanjut.

Vice President Director PT RMI-Mitr Phol Syukur Iwantoro menyatakan kesiapan perusahaan untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut. Ia juga menyambut kunjungan kerja yang dinilainya sebagai bagian dari pemantauan dan apresiasi pemerintah terhadap inisiatif industri dalam pelaksanaan standar lingkungan yang tinggi.

PT RMI-Mitr Phol menjalankan pabrik gula modern yang beroperasi dengan menerapkan prinsip zero waste. Prinsip itu memungkinkan perusahaan menjadi industri yang berkelanjutan.

Perusahaan ini telah mendapatkan penghargaan Blue Certificate dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (RI). Saat ini, perusahaan sedang dalam proses mendapatkan Green Industry Certificate dari Kementerian Perindustrian RI. Ini menegaskan komitmen perusahaan terhadap praktik industri yang ramah lingkungan.

 

Temui petani mitra

Peninjauan kemudian dilanjutkan dengan dialog langsung bersama para petani yang menjadi mitra PT RMI-Mitr Phol. Para petani tebu membahas penggunaan pupuk organik dalam pengelolaan lahan tanaman tebu dan kebutuhan alat mesin pertanian (alsintan).

Para petani berharap, mereka dapat mengekses skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga terjangkau sehingga bisa memiliki alsintan yang sesuai kebutuhan lahan. Alsintan yang dibutuhkan antara lain traktor yang mempemudah mereka mengolah lahan dan panen tebu mereka. Mereka tak ingin tertinggal dari negara-negara lain yang sudah lebih modern.

Menurut para petani, alat-alat yang digunakan saat ini masih saja seperti zaman kolonial. “Sampai saat ini alat panen tebu kami masih menggunakan arit dan parang,” kata seorang petani.

Aspirasi ini ditanggapi Ketua Patani Sarjan Tahir. "Semangat para petani tebu di Kabupaten Blitar ini sungguh luar biasa,” kata Sarjan.

Sarjan berjanji akan melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait, untuk memudahkan akses para petani tebu mendapat skema KUR. “Kami ingin mewujudkan harapan dari para petani ini,” katanya.

Hal itu disambut Syukur. “Kami juga senang bisa menjadi penghubung antara petani dengan Kementerian Pertanian dan Patani, sehingga harapan para petani tebu ini bisa tersampaikan,” kata Syukur.

PT RMI-Mitr Phol adalah salah satu anggota Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo). Organisasi tersebut beranggota delapan pabrik gula yang tersebar di Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatra Selatan. (yen)