Defisit gula secara global semakin renggang dari semula 300 ribu metrik ton menjadi 600 ribu metrik ton.

Harga Gula Sentuh Level Tertinggi dalam 5 Bulan

Kamis, 19 September 2024, 06:06 WIB

Gula | Sumber Foto:Formulate Health/Flickr

AGRONET – Harga gula untuk pengiriman Oktober tercatat naik dalam dua hari berturut-turut. Pada penjualan Rabu (18/9/2024), harga gula mentah menyentuh angka tertinggi dalam lebih dari 5 bulan terakhir. Pada hari yang sama, gula kristal putih mencapai angka tertinggi dalam 2 pekan.

Laman Barchart menyebutkan, kenaikan harga gula ini terjadi akibat kekeringan di Brasil yang mengancam hasil panen tebu mereka. Lembaga meteorologi Climatempo memperkirakan, cuaca pekan ini akan panas dan kering di wilayah yang menjadi penghasil gula di Brasil. Brasil adalah produsen dan pemasok gula terbesar ke pasar dunia.

Kekeringan dan panas berkepanjangan telah menyebabkan kebakaran di Brasil. Akibatnya, ladang tebu di Sao Paulo hangus. Menurut kelompok produsen gula Brasil, Orplana, sekitar 2 ribu kebakaran melalap 80 ribu hektare ladang tebu di Sao Paulo. Green Pool Commodity Specialists memperkirakan, sebanyak 5 juta metrik ton tebu hangus akibat kebakaran ini.

Czarnikow pada Selasa lalu memperkirakan penurunan produksi gula Brasil dari 40 juta metrik ton menjadi 39,2 juta metrik ton. Sementara Covrig Analytics menyebutkan defisit gula secara global semakin renggang dari semula 300 ribu metrik ton menjadi 600 ribu metrik ton.

Kenaikan nilai real Brasil juga mendongkrak harga gula. Pada Rabu, real Brasil naik ke posisi teratas terhadap dolar AS. Menguatnya nilai real justru melemahkan keinginan produsen untuk mengekspor gula Brasil ke pasar dunia.

Pada 30 Agustus lalu, International Sugar Organization (ISO) telah memperkirakan defisit gula secara global pada 2024/2025 lebih besar dari perkiraan. ISO memperkirakan, produksi gula global pada periode kali ini sebesar 179,3 juta metrik ton. Angka ini lebih rendah 1,1 persen dari hasil 2023/2024 yang mencapai 181,3 juta metrik ton.

Pada 22 Agustus lalu, perkiraan penurunan produksi juga dilaporkan Conab, badan Pemerintah Brasil yang menaksir hasil produksi pertanian. Menurut Conab, produksi pada 2024/2025 di wilayah penghasil gula Brasil bagian tengah dan selatan turun dari 42,7 juta metrik ton menjadi 42 juta metrik ton. Mereka menyebut penurunan ini akibat menurunnya hasil ladang tebu akibat kekeringan dan panas berkepanjangan. (yen)