Rendemen tebu di Thailand pada 2022/2023 mencapai 10,7 persen.

Soal Gula Thailand dan Indonesia, Ternyata Ini Perbandingannya

Jumat, 29 November 2024, 12:02 WIB

Raw sugar | Sumber Foto:Fritzs/Wikimedia

AGRONET – Thailand adalah negara pengekspor gula terbesar kedua ke pasar dunia. Volume produksi gulanya menduduki peringkat kedua terbesar dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Menurut laman Vesper yang diperbarui 21 Agustus lalu, Indonesia adalah negara pengimpor gula terbesar di dunia dalam dua dekade terakhir. Urutan berikutnya adalah China, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.  

Pendorong impor gula Indonesia adalah populasi yang terus bertambah dan meningkatnya konsumsi produk manis. “Pada 2023, Indonesia mengimpor sekitar 5 juta metrik ton gula,” kata data yang diungkap Vesper.

Lantas, bagaimana Thailand dibandingkan dengan Indonesia? Kedua negara ini menarik untuk dibandingkan karena memiliki iklim yang mirip karena lokasi georgrafisnya yang berdekatan yaitu berada di Asia Tenggara.   

Pada tahun 2022/2023, Thailand sudah memiliki 1,74 juta hektare lahan tanam tebu. Sedangkan Indonesia hingga tahun ini memiliki 0,52 juta hektare tebu. Data ini dihimpun dari berbagai sumber, termasuk JNSC, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perindustrian.

Rata-rata produktivitas lahan tebu di Thailand pada 2022/2023 mencapai 73,30 ton per hektare. Maka total tebu yang digiling pada kurun waktu tersebut mencapai 92,1 juta ton. Bandingkan dengan Indonesia yang pada 2024 produktivitasnya mencapai 63,78 ton per hektare dan volume tebu yang digiling sebanyak 33,21 juta ton.

Tebu yang dihasilkan Thailand dan Indonesia juga memiliki perbedaan tingkat rendemen. Rendemen adalah persentase gula yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku.

Rendemen tebu di Thailand pada 2022/2023 mencapai 10,7 persen. Sejumlah lahan tebu di Indonesia memang sudah mencapai rendemen hingga 9 persen atau lebih. Namun, hingga 2024, rata-rata rendemen tebu di Indonesia sebesar 7,42 persen.

Dengan kombinasi tersebut, produksi gula Thailand pada 2022/2023 mencapai 9,80 juta ton. Konsumsi dalam negeri mereka sebanyak 2,5 juta ton, dengan rincian 1,3 juta ton untuk kebutuhan rumah tangga dan sisanya untuk kebutuhan industri. Kelebihan produksi Thailand memungkinkan mereka meelakukan ekspor gula ke pasar internasional.  

Sedangkan di Indonesia, produksi pada 2024 sekira 2,4 juta ton. Sementara kebutuhan dalam negeri lebih besar dari angka produksi gula yang ada. Laporan JNSC pada November 2024 menunjukkan, Indonesia mengonsumsi sekitar 6,5 juta ton gula, dengan rincian sebanyak 3,1 juta ton untuk kebutuhan rumah tangga dan sisanya yaitu 3,4 juta ton untuk kebutuhan industri. (yen)