Teknologi akan makin banyak membuat anak muda tertarik pada pertanian.

Siap Hadapi Disrupsi, Petani Tebu India Gunakan AI

Kamis, 09 Januari 2025, 07:34 WIB

Tebu | Sumber Foto:Flickr

AGRONET – Para petani tebu India menggunakan artificial inteligence (AI) atau akal imitasi demi mencapai hasil panen yang maksimal. Salah satunya adalah petani bernama Suresh Jagtap (65 tahun) yang menggunakan AI besutan Microsoft dengan bantuan para ahli di Agricultural Development Trust (ADT) di Baramati, India.

Di ladang tebu milik Jagtap, menjulang sebuah menara pemantau cuaca. Pada puncak menara, ada alat pengukur angin, hujan, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Pada dasar menara, ada sensor pengukur kelembaban tanah, pengukur pH, kelistrikan tanah, serta unsur hara seperti potasium dan nitrogen.

Data dari menara akan dikombinasikan dengan satelit dan drone serta data sebelumnya. Hasilnya, maka data akan terkirim ke aplikasi lengkap dengan perintah seperti: perlu pengairan, semprotkan pupuk, atau basmi hama. Tak hanya itu, peta satelit juga akan menunjukkan lokasi tempat semua tindakan itu diperlukan.

Tujuan penggunaan AI ini adalah untuk mendorong pertumbuhan tebu yang maksimal sehingga hasil panen pun terbaik. Penggunaan AI ini memang masih sebatas uji coba di sekitar setengah hektare ladang tebu milik Jagtap, sejak enam bulan lalu. Panen baru akan dilakukan November mendatang. Namun, mereka sudah melihat perubahan di ladang uji cobanya.

“Pertumbuhannya bagus,” kata Japtap dalam laman Microsoft, Rabu (7/1/2025). “Daun-daunnya lebih hijau dan ketinggiannya juga lebih seragam.”

India adalah penghasil gula nomor dua di dunia. Semua itu berasal dari tebu milik para petani kecil seperti Japtap di Maharashtra dan Uttar Pradesh, India utara. Bagi para petani kecil, kekeringan, banjir, dan penyakit tebu bisa menghapus semua ladang panen mereka. Kondisi itu akan mendorong mereka ke lembah keputusasaan karena menjerumuskan mereka pada utang.

 

Tarik minat petani muda

Jika AI bisa membantu pertanian India lebih berkelanjutan, tentu akan makin banyak anak muda tertarik pada pertanian. Arus urbanisasi akan berkurang.

“Anak muda akan tertarik pada pertanian,” ujar Aditya Vilas Bhagat (28 tahun), petani muda yang baru saja ikut serta uji coba ini.

Bhagat meraih gelar sarjana pertanian dan melanjutkan pendidikan bidang manajemen bisnis pertanian. Ia memutuskan pulang dan membantu mengelola lahan tebu seluas 64 hektare milik keluarganya.

ADT Baramati didirikan pada 1970-an untuk membantu para petani di lahan yang rawan kekeringan untuk mengadopsi sistem pertanian modern. Para petani dikenalkan pada sejumlah teknologi pertanian seperti drip irrigation (irigasi tetes) yang menggunakan lebih sedikit air untuk lahan mereka. Kini sudah ada 1,6 juta petani yang memanfaatkan kehadiran ADT Baramati.

Dalam uji coba di ladang tebu menggunakan AI baru-baru ini, batang tebu yang tumbuh lebih tinggi dan gemuk dengan berat 30 hingga 40 persen dari biasa. Kandungan sukrosanya lebih besar 20 persen dari tebu biasa. Ladang juga membutuhkan air dan pupuk lebih sedikit. Sedangkan siklus tebu pun lebih singkat yaitu 12 bulan dari yang biasanya 18 bulan.   

“Kami menunjukkan data terkait air, cuaca, kandungan hara, dan pH pada tanah,” ujar Dr Yogesh Phatake, ahli mikrobiologi yang bekerja di proyek ini. “Kami mendapat tanggapan positif.”

Sekitar 20 ribu petani sudah mendaftar. Dari jumlah tersebut, terpilih seribu petani untuk melakukan uji coba pertama dengan fokus pada tebu. Sebanyak 200 petani memulai proyek uji coba ini pertengahan 2024 lalu.

Teknologi besutan Microsoft yang digunakan adalah Azure Data Manager for Agriculture yang sebelumnya bernama FarmBeats. Aplikasi itu memungkinkan petani memantau ladang mereka hanya dengan beberapa kali klik.

“India siap menghadapi disrupsi berikut,” kata Ranveer Chandra, kepala teknologi di Microsoft. “Pikirkan gelombang berikut yang melampaui Revolusi Hijau. Kita ada di ambang disrupsi berikutnya dalam pertanian dengan menggunakan AI dan data. India memang baru tahap awal, namun kami siap.” (yen)