Larangan ekspor beras adalah sebuah sinyal yang jelas bahwa pemerintah mengkhawatirkan ketahanan pangan dan inflasi.

India Larang Ekspor Beras, Bagaimana dengan Gula?

Selasa, 08 Agustus 2023, 11:35 WIB

Padi | Sumber Foto:publicdomainpicture

AGRONET -- India melarang beberapa ekspor beras untuk mengendalikan harga dalam negeri. Pedagang khawatir bahan makanan pokok lainnya juga akan terkena dampaknya, yaitu gula.

Kepala bidang gula dan etanol di Tropical Research Services Henrique Akamine mengatakan larangan ekspor beras adalah sebuah sinyal yang jelas bahwa pemerintah mengkhawatirkan ketahanan pangan dan inflasi.

"Kekhawatirannya sekarang adalah pemerintah mungkin akan mengikuti langkah ini dan melakukan hal yang sama terhadap gula," Akamine seperti dikutip Bloomberg, Senin (7/8/2023).

Dunia telah menjadi semakin bergantung pada ekspor gula dari negara Asia Selatan ini karena pasokan global yang semakin ketat. Curah hujan yang tidak merata di seluruh wilayah pertanian India telah memicu kekhawatiran produksi gula akan turun, berpotensi turun selama dua tahun berturut-turut pada musim yang dimulai pada bulan Oktober.

Hal ini dapat membatasi kemampuan India untuk mengekspor. Pemerintah telah membatasi penjualan gandum dan beberapa varietas beras ke luar negeri untuk melindungi suplai dalam negeri dan meredakan lonjakan harga hal menambah tekanan pada pasar pangan dunia yang telah diguncang cuaca buruk dan konflik di Ukraina.

Ladang-ladang tebu di wilayah-wilayah penghasil gula yakni Maharashtra dan Karnataka tidak mendapatkan curah hujan yang memadai di bulan Juni. Presiden Asosiasi Pabrik Gula India (ISMA) Aditya Jhunjhunwala mengatakan curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman stress.

ISMA memperkirakan produksi gula India akan turun 3,4 persen dari tahun lalu menjadi 31,7 juta ton pada 2023-24. Namun, Jhunjhunwala mengatakan jumlah pasokan dapat memenuhi permintaan domestik.

Sementara itu, India akan menggunakan lebih banyak gula untuk bahan bakar nabati. Asosiasi melihat pabrik-pabrik gula akan mengalihkan 4,5 juta ton untuk membuat etanol, naik 9,8 persen dari tahun sebelumnya.

"Pada tingkat produksi ini, India mungkin tidak akan melakukan ekspor," ujar kepala bidang gula dan etanol StoneX Bruno Lima.

"Kita harus mengikuti dengan seksama apakah pengalihan etanol ini akan dilakukan secara penuh," tambahnya.

Pada Jumat (4/8/2023) Press Trust of India melaporkan Menteri Pangan India Sanjeev Chopra mengkritik prediksi ISMA tentang turunnya produksi gula. Chopra mengatakan masih sangat prematur untuk melakukan penilaian dan hal itu hanya menciptakan kepanikan.

India telah membatasi ekspor gula sebelumnya. Untuk musim 2022-23, pengiriman dibatasi pada 6,1 juta ton, turun dari 11 juta ton pada tahun sebelumnya. Musim depan, para analis termasuk Akamine dan Lima memperkirakan hanya 2 juta hingga 3 juta ton yang akan diizinkan - atau tidak ada sama sekali - yang berisiko menimbulkan lonjakan lebih lanjut pada harga gula dunia.

Harga gula berjangka naik sekitar 20 persen tahun ini,  meskipun harga telah turun dari puncaknya di bulan April yaitu 26,83 sen per pon, level tertinggi sejak 2011. Pasar khawatir El Nino akan membawa kondisi yang lebih panas dan lebih kering di Asia Selatan dan Asia Tenggara, sehingga mengganggu produksi. Thailand juga mungkin akan mengalami penurunan produksi.

Hal ini, dikombinasikan dengan produksi yang lebih rendah di wilayah-wilayah lain seperti Afrika Selatan dan Amerika Tengah. Akamine memperdiksi gula akan diperdagangkan antara 25 sen dan 27,5 sen per pon pada musim berikutnya. Harga gula pada Jumat lalu berada di 23,69 sen per pon. Panen raya Brasil menahan kenaikan harga.

Pemerintah India sepertinya belum akan mengambil keputusan mengenai kuota ekspor gula untuk tahun 2023-24. Panen baru akan dimulai pada bulan Oktober dan ISMA mengatakan peningkatan curah hujan baru-baru ini akan menguntungkan panen.

"Para pejabat akan menunggu sampai mereka memiliki visibilitas penuh atas produksi," kata analis komoditas di Rabobank, Carlos Mera. (tar)