Indeks Harga Pangan FAO Agustus lalu turun, namun harga gula naik 1,3 persen dari bulan ke bulan.
Kantor pusat FAO di Roma, Italia. | Sumber Foto:Alessandra Benedetti/FAO
AGRONET -- Harga beras dan gula tak kunjung turun saat harga komoditas lain pada Agustus lalu mengalami penurunan. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan hal ini disebabkan kekhawatiran akan larangan ekspor India dan dampak El Nino yang tidak pasti.
Indeks Harga Pangan FAO Agustus lalu turun, namun harga gula naik 1,3 persen dari bulan ke bulan. Pada Agustus tercatat naik 34 persen lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama dengan tahun sebelumnya. Sementara harga beras mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Dalam upaya untuk mengendalikan kenaikan harga-harga domestik dan meningkatkan ketersediaan sebelum serangan El Nino pada Juli lalu India melarang ekspor beras putih non-basmati. Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan El Nino dapat menaikan suhu dengan kemungkinan terjadinya rekor-rekor baru.
Berita yang diunggah Just Food, Minggu (9/9/2023), menyebutkan bahwa indeks harga beras FAO pada Agustus naik 9,8 persen dari Juli. Menurut FAO, hal ini mencerminkan gangguan perdagangan sebagai akibat pelarangan impor beras India. India adalah salah satu eksportir bahan makanan pokok terbesar di dunia.
"Ketidakpastian mengenai durasi larangan ini dan kekhawatiran akan pembatasan ekspor menyebabkan para pelaku rantai pasokan menahan stok, menegosiasikan ulang kontrak, atau berhenti memberikan penawaran harga, sehingga membatasi sebagian besar perdagangan dalam volume kecil dan penjualan yang telah dilakukan sebelumnya," kata FAO.
FAO menambahkan kenaikan harga gula "terutama dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan dampak fenomena El Nino terhadap tanaman tebu. Hujan dilaporkan di bawah rata-rata pada Agustus dan kondisi cuaca kering dialami terus-menerus di Thailand yang negara penghasil utama gula lainnya. Menurut FAO yang cukup menahan laju kenaikan gula adalah "panen besar" tebu di Brasil.
Secara keseluruhan, Indeks Harga Pangan FAO melanjutkan tren penurunan tahun ini, selain kenaikan tak terduga pada Juli. Indeks yang melacak lima komoditas ini rata-rata mencapai 121,4 pada Agustus, turun 2,1 persen dari Juli. Indeks juga menunjukkan 11,8 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya. Ini turun 24 persen dari rekor yang dicapai pada Maret 2022.
FAO mencatat harga gandum Agustus turun 3,8 persen dari bulan sebelumnya. Produk susu mengalami penurunan 4 persen dari bulan Juli yang dipimpin oleh susu bubuk. Dari tahun sebelumnya, kategori ini turun 22,3 persen. Harga daging turun 3 persen dan 5,3 persen lebih rendah dibanding bulan yang sama tahun lalu.
"Harga telur dunia turun paling banyak, ditopang oleh lonjakan ketersediaan ekspor, terutama dari Australia, dan permintaan yang lebih lemah dari Cina," kata FAO.
Harga minyak nabati turun 3,1 persen dan 23 persen dari tahun sebelumnya. Minyak bunga matahari turun hampir 8 persen dari Juli.
"Harga minyak kedelai turun karena membaiknya kondisi panen kedelai di Amerika Serikat, sementara harga minyak kelapa sawit turun secara moderat di tengah-tengah peningkatan produksi musiman di negara-negara produsen utama di Asia Tenggara," kata FAO. (tar)
Jumat, 21 Maret 2025
Kamis, 27 Februari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Sabtu, 22 Februari 2025
Selasa, 18 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025