Salah satu solusinya, Brasil akan berbagi teknologi produksi etanol dengan India.

India dan Brasil Selesaikan Perselisihan Soal Gula di WTO

Senin, 18 September 2023, 08:08 WIB

Bendera World Trade Organization (WTO) | Sumber Foto:WTO

AGRONET -- India dan Brasil memulai pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan terkait gula di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Seorang sumber mengatakan sebagai bagian dari solusi tersebut, negara Amerika Selatan tersebut dapat berbagi teknologi produksi etanol dengan India.

Brasil adalah produsen tebu dan etanol terbesar di dunia. Negara ini juga merupakan pemimpin dalam teknologi yang digunakan untuk produksi etanol.

"Beberapa kali pembicaraan telah diadakan sebagai bagian dari upaya kami untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Kami juga telah mengadakan pertemuan antar kementerian di sini. Brazil mengatakan bahwa mereka akan berbagi teknologi untuk (produksi) etanol dengan kami. Ini adalah hal yang positif," kata sumber dari pemerintah India, seperti dikutip dari Discourse on Development, Minggu (17/9/2023).

Etanol digunakan untuk dicampur dengan bensin sebagai bahan bakar kendaraan. Penggunaan etanol, yang diekstraksi dari tebu serta beras dan produk pertanian lainnya, akan membantu India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia mengurangi ketergantungannya pada pasokan dari luar negeri.

Saat ini 85 persen kebutuhan bensin India bergantung pada impor. Selain itu, etanol juga dapat mengurangi emisi karbon. India menargetkan pada tahun 2025 semua produk bensinnya dicampur 20 persen etanol.

India juga harus menawarkan sesuatu sebagai bagian dari solusi yang disepakati bersama (MAS) untuk menyelesaikan perselisihan di badan multilateral yang berbasis di Jenewa.

Baru-baru ini India dan AS mengakhiri enam perselisihan dagang dan juga sepakat untuk menghentikan kasus ketujuh. Sebagai bagian dari solusi tersebut, meskipun New Delhi menghapuskan tarif pembalasan terhadap 8 produk Amerika seperti apel dan kenari, AS memberikan akses pasar terhadap produk baja dan aluminium ke India tanpa memungut bea tambahan. Sumber mengatakan, India juga mengikuti proses serupa terhadap pengadu lain mengenai sengketa gula di WTO.

Pada tahun 2019, Brasil, Australia, dan Guatemala menyeret India ke dalam mekanisme penyelesaian perselisihan WTO dengan tuduhan subsidi gula yang diberikan New Delhi kepada petaninya tidak sejalan dengan aturan perdagangan global.

Pada 14 Desember 2021 panel penyelesaian sengketa WTO memutuskan langkah dukungan India terhadap sektor gula tidak sejalan dengan norma perdagangan global. Pada bulan Januari 2022, India mengajukan banding atas keputusan panel di badan banding WTO, yang merupakan otoritas terakhir untuk mengambil keputusan terhadap perselisihan tersebut.

Namun, badan banding tidak berfungsi karena adanya perbedaan pendapat di berbagai negara mengenai penunjukan anggota badan tersebut. Brasil adalah produsen dan pengekspor gula terbesar di dunia. India adalah produsen terbesar kedua di dunia.

Brazil, Australia dan Guatemala, yang merupakan anggota WTO, mengeluhkan langkah-langkah pemerintah India mendukung produsen tebu melebihi tingkat maksimal dari total nilai produksi tebu, yang menurut mereka tidak konsisten dengan Perjanjian WTO tentang Pertanian. Mereka juga menandai dugaan subsidi ekspor India, subsidi di bawah skema bantuan produksi dan buffer stock, serta skema pemasaran dan transportasi.

Menurut aturan WTO, negara anggota dapat mengajukan kasus ke badan multilateral yang berbasis di Jenewa jika mereka merasa bahwa tindakan perdagangan tertentu bertentangan dengan norma-norma WTO. Konsultasi bilateral merupakan langkah awal untuk menyelesaikan perselisihan.

Jika kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan permasalahan melalui konsultasi, maka salah satu pihak dapat melakukan pendekatan terhadap pembentukan panel penyelesaian sengketa. Keputusan atau laporan panel tersebut dapat ditentang di Badan Banding Organisasi Perdagangan Dunia.

Menariknya, badan banding WTO tidak berfungsi karena negara-negara anggota perbedaan pendapat dalam menunjuk anggota di badan ini. Beberapa perselisihan sudah menunggu keputusan di badan banding. AS menghalangi penunjukan anggota tersebut.

Perdagangan bilateral antara India dan Brasil pada tahun 2022-23 naik menjadi 16,6 miliar dolar AS dibandingkan 12,2 miliar dolar AS pada tahun 2021-22. Kesenjangan perdagangan menguntungkan India. Selama tahun pemasaran gula 2021-22 (Oktober-September), India mengekspor 110 lakh ton gula dan menjadi eksportir gula terbesar kedua di dunia dan memperoleh devisa sekitar 40.000 crore rupee.

Untuk tahun pemasaran 2022-23 yang berakhir bulan ini, Pemerintah India mengizinkan ekspor 61 lakh ton gula. Pabrik-pabrik gula negara itu mengirimkan 60 lakh ton. Pemerintah India belum memutuskan ekspor untuk tahun pemasaran 2023-24 berikutnya yang di mulai bulan depan. Ketika musim gula saat ini (Oktober-September) 2022-23 akan segera berakhir, India melampaui produksi gula sebesar 330 lakh ton, tidak termasuk tebu yang dialihkan untuk memproduksi etanol sekitar 43 lakh ton.

Pencampuran etanol dengan bensin naik menjadi 10 persen pada tahun pemasaran 2021-22 dari hanya 1,53 persen pada tahun 2013-14. Untuk mencapai target 20 persen pada tahun 2025, dibutuhkan sekitar 1.016 crore liter etanol. Sekitar 334 crore etanol akan dibutuhkan untuk penggunaan lainnya.

Negara-negara anggota WTO dapat menyelesaikan perselisihan di luar mekanisme penyelesaian perselisihan dan kemudian memberitahukan hal tersebut kepada badan multilateral. (tar)