Gula telah sekian lama menjadi subyek yang menarik perhatian sekaligus kritik.

Lima Mitos Populer tentang Gula

Selasa, 13 Februari 2024, 08:55 WIB

Ilustrasi | Sumber Foto:Nick Youngson/Pix4free

AGRONET – Gula telah sekian lama menjadi subyek yang menarik perhatian sekaligus kritik. Tak terbilang begitu banyak artikel, penelitian, dan opini berseliweran. Kini saatnya kita memisahkan fakta dari mitos. Berikut lima mitos yang beredar di tengah kita, dimuat laman Again Update, pekan lalu.

1. Mitos: semua jenis gula sama saja

Mitos menyebutkan, semua pemanis adalah sama, baik yang dibuat dari sirup jagung, bit, tebu, madu, atau lainnya. Namun, gula alami yang terdapat pada buah dan sayuran mengandung sejumlah zat gizi dan serat. Tidak semua jenis gula merdampak yang sama terhadap tubuh, maka membedakan jenis-jenis gula tersebut adalah hal yang penting.

 

2. Mitos: gula menyebabkan diabetes

Hubungan antara konsumsi gula dan diabetes tidaklah sederhana, namun kompleks. Konsumsi gula berlebihan memang bisa mendukung kenaikan berat badan yang menjadi faktor risiko diabetes tipe 2. Namun, jangan lupakan pengaruh lain seperti faktor genetik, gaya hidup, dan pola makan keseluruhan lebih berperan dalam membuat seseorang terkena diabetes, daripada sekadar menyalahkan gula sebagai penyebabnya.

3. Mitos: gula membuat ketagihan, seperti narkotika

Anggapan bahwa gula membuat ketagihan seperti narkotika memang menarik perhatian publik. Namun, bukti ilmiah tidak sepenuhnya mendukung pendapat ini. Gula memang mampu memicu pusat saraf di otak yang membuat seseorang merasa senang. Namun, menyebut gula sebagai zat adiktif terlalu menyederhanakan pola rumit tentang proses ketagihan seseorang terhadap zat seperi obat terlarang atau alkohol.  

4. Mitos: Kurangi gula adalah solusi segala masalah

Kita memang dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula. Namun, menghilangkan gula dari pola makan kita tidak sepenuhnya perlu. Dalam takaran wajar, gula bahkan bisa menjadi bagian dari pola makan yang sseimbang. Kuncinya, gunakan secukupnya dan perhatikan asupan lain yang mengandung gula tanpa disadari.

5. Mitos: label ‘bebas gula’ berarti sehat

Makanan dan minuman berlabel “bebas gula” seakan menjadi pilihan sehat, padahal ini belum tentu menjadi opsi tepat dari segi kandungan gizi. Produk berlabel bebas gula atau sugar-free kerap mengandung pemanis buatan, yang jiga dikonsumsi berlebihan maka bisa saja menyebabkan masalah kesehatan tersendiri. Jadi, jangan lupa untuk membaca label kandungan bahan pada makanan atau minuman.  

Kesimpulannya, dunia gula-gulaan tidaklah sesederhana kelihatannya. Memahami jenis-jenis gula, dampaknya bagi kesehatan, dan konteksnya dalam konsumsi sehai-hari menjadi hal penting dalam memilih asupan kita. Daripada sekadar memberi label buruk pada gula. Maka lebih baik kita fokus pada konsumsi yang sewajarnya, dengan perhitungan yang layak, dan pola makan seimbang. (yen)