Lada, pala, dan cengkeh merupkan komoditas yang mampu menembus pasar mancanegara. | Sumber Foto: Perkebunan
AGRONET -- Untuk mengatasi serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman pala, cengkeh, lada, dan karet perlu terobosan yang cepat dan tepat. Hal itu berdasarkan hasil kesimpulan diskusi terarah yang diselenggarakan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan di Bogor, Desember 2018 lalu.
Diskusi diselenggarakan untuk merespon perkembangan hama penggerek batang pada tanaman pala dan cengkeh di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan beberapa daerah lain sentra penghasil. Kemudian perkembangan penyakit gugur daun Fusicoccum sp. pada tanaman karet di Sumatera Selatan dan daerah sentra karet lainnya.
Diskusi terarah (FGD) dipimpin oleh Direktur Perlindungan Perkebunan, Dudi Gunadi. Acara dihadiri oleh para pakar hama dan penyakit tanaman, antara lain Prof. Loekas Soesanto (Universitas Jenderal Sudirman), Tri Rafani Febiyanti (Balai Penelitian Sembawa), Sinung Hendratmo (PT. Riset Perkebunan Nusantara). Hadir juga Jackson F Watung (Universitas Sam Ratulangi), Wiratno (Balittro Bogor), Ophirtus Sumule (Direktur Sistem Inovasi Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Risert dan Dikti), serta UPT pusat dan UPT Daerah dari provinsi sentra pala, lada, cengkeh, dan karet.
Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit tersebut, para pakar sependapat perlu dilakukan identifikasi OPT dengan benar, pemetaan sebaran serangan lebih detail, dan memperhatikan faktor-faktor lingkungan agar strategi pengendalian dapat diterapkan dengan baik. Terkait dengan bahan pengendalian yang diperlukan, mereka berpendapat dapat menggunakan metabolit sekunder agens pengendali hayati (MS APH) dan pestisida kimiawi dengan bahan aktif tertentu.
Kendala dalam penggunaan APH dan pestisida kimiawi tertentu adalah belum tersedianya APH dan pestisida kimiawi yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian. Menghadapi kendala ini mereka merekomendasikan dalam waktu terbatas dapat mempergunakan pestisida kimiawi dan APH tertentu dengan pengawasan penggunaan dan peredaran secara ketat.
Senada dengan para narasumber, para peserta diskusi yang berasal dari daerah sentra, berharap agar pemerintah pusat membuat terobosan kebijakan dalam mengatasi perkembangan hama dan penyakit tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kebijakan pemerintah untuk mengembalikan kejayaan rempah nasional dan mengangkat kembali agribisnis karet yang sedang terpuruk akibat serangan OPT dan dari harga karet yang terus jatuh.
Dalam kesempatan itu, Ophirtus mengusulkan agar dibangun kerja sama antar Kementerian Riset Dikti dengan Kementerian Pertanian terutama dalam pengembangan kawasan atau kluster perkebunan. Dalam hal ini fokus dan bekerja bersama agar hasilnya menjadi optimal. (591)
Minggu, 09 Februari 2025
Sabtu, 18 Januari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Senin, 30 Desember 2024
Kamis, 31 Oktober 2024
Kamis, 31 Oktober 2024