Antusiame Mama Papua Kembangkan Olahan Sagu | Sumber Foto:Polbangtan Manokwari
AGRONET -- Upaya pengembangan diversifikasi pangan terus diperkuat Kementerian Pertanian demi menjaga ketahanan pangan. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebutkan, “Pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya.”
Terlebih di tengah pandemi, Menteri SYL menekankan pentingnya diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal. Seperti pemanfaatan sagu yang dikembangkan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Papua Barat, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian (Kementan).
Polbangtan Manokwari bersama 30 orang Mama Papua yang berasal dari 23 Kampung mengembangkan olahan sagu. Umumnya sagu hanya diolah menjadi makanan tradisional dengan sebutan papeda. Namu demikian, sagu memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai pengganti beras.
Menteri SYL berpendapat, “Di Papua tanaman sagu sangat oke, sehingga perlu didukung SDM yang ada di Papua khususnya mama papua dibina dengan melakukan bimtek atau pelatihan untuk membuat olahan dari bahan sagu, seperti sagu harus jadi mie, kemudian ada perlakuan teknologi, biar tampilan (pati) menjadi putih bersih.” Senada dengan ujaran Menteri SYL, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, tak hentinya mengkampanyekan pemanfaatan pangan lokal dapat memenuhi pangan Indonesia.
“Pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Tersedia diseluruh Tanah Air. Setiap daerah pun memiliki pangan lokal sendiri-sendiri. Seperti di Papua, Papua Barat, Maluku yang kaya akan sagu dan menjadi pangan utama,” jelas Dedi. Papua Barat menjadi kawasan penghasil sagu yang cukup besar, sehingga memiliki potensi untuk diolah menjadi bahan pangan yang lebih komersial seperti diolah menjadi mie dan sirup glukasa. Selain itu sagu juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan pakan ternak ataupun pupuk kompos dengan memanfaatkan ampas sagu.
Menindak lanjuti hal tersebut, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari mengadakan Bimbingan Teknis Bioindustri Sagu yang diperuntukan bagi Mama Papua yang berada Distrik Manokwari Utara. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari Bimtek yang pernah dilaksanakan sebelum di Kabupaten Sorong. Antusiasme Mama Papua pun diperlihatkan dengan melaksanakan praktek pembuatan mie kering dan mie basah yang terbuat dari bahan sagu dengan sungguh-sungguh.
Kegiatan dilaksanakan dengan menjalankan protokol kesehatan. Pembagian kelompok dilakukuan, selain bertujuan menaati protokol kesehatan, hal ini diterapkan untuk melihat perbandingan mie yang dihasilkan dari sagu produksi Bogor dan sagu yang diproduksi dari Sorong Selatan.
Tidak hanya sampai proses pengolahan, kegiatan bimtek ini mengajarkan hingga proses pengemasan serta pemberian label agar Mama Papua bisa belajar untuk memproduksi sampai produk tersebut layak untuk dijual. Hal dasar yang diajarkan dalam pembuatan mie sagu dibuat dengan perbandingan 50% tepung sagu dan 50% tepung terigu agar peserta tidak kewalahan pada proses pembuatan sehingga mie yang dihasilkan tidak mudah putus karena tekstur dari sagu sendiri yang terlalu kenyal bila diolah 100 persen.
Wakil Direktur II Polbangtan Manokwari, Latarus Fangohoi, yang hadir membuka acara, pada Rabu (27/10) menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sangat penting mengingat di Indonesia Timur, sagu merupakan pangan lokal. “Seringkali yang dijumpai cuman olahan sagu yang dibikin jadi papede, sehingga kami berinisiatif menggerakkan ibu-ibu untuk membuat olahan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna,” jelas Latarus.
Polbangtan Manokwari pun berperan penting dalam pelatihan membuat produk yang dapat dikonsumsi keluarga dengan mengubah pola pikir agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah. Baik dalam peningkatan gizi keluarga maupun pendapatan yang dihasilkan dalam pengolahan sagu. (Polbangtan Manokwari/269)
Reporter : Imran/Humas Polbangtan Manokwari
Sumber : RILIS BPPSDMP - 28 Oktober 2021 *1381/HUMAS
Kamis, 27 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Sabtu, 22 Februari 2025
Selasa, 18 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025