Zainal Abidin | Sumber Foto:Dok. Pribadi
AGRONET -- Ini cerita menarik dari seorang teman. Ia dihubungi seorang headhunter, untuk ditempatkan sebagai direktur di sebuah perusahaan asing di Vietnam. Ada 4 kandidat pada awalnya, tapi hanya teman saya inilah yang terus diproses sampai diundang bertemu dengan BOD di Singapura.
Seleksi dokumen berdasarkan curriculuum vitae, sudah pasti lolos. Karirnya yang sudah malang melintang di banyak perusahaan di dalam dan luar negeri memang mentereng dan penuh prestasi. Serangkaian tes pun sudah dilalui, dan semua baik-baik saja. Wawancara by phone dengan 3 orang Board of Director, termasuk Direktur Utama di kantor pusat, Italia, pun sudah dilaksanakan. Sejauh ini, hasilnya positif. Setidaknya, itulah informasi yang ia terima dari headhunter yang pertama kali kontak dengannya.
Ia pun sempat diundang ke Singapura untuk berjumpa dengan salah satu BOD yang sedang bertugas ke sana. Pertemuan pun lancar-lancar saja. Bahkan ketika itu ia sudah diperlihatkan beberapa lembar draft kontrak, yang akan dikirim ke kantor pusat di Italia untuk ditanda-tangani.
Pendampingnya di perusahaan itu pun sudah memintanya untuk mempersiapkan kepindahannya ke Vietnam. Mengingat waktu yang cukup lama, sempat disarankan untuk menjual rumahnya di Jakarta. Di Vietnam ia akan diberi rumah dinas yang representatif. 3 anaknya pun akan dibiayai bersekolah di sana atas biaya perusahaan. Kendaraan dinas sudah dipilihnya pula.
Pendeknya, semua sudah disiapkan. 99 persen goal, pikirnya. ‘Dalam 2 pekan, dokumen akan kami siapkan. Setelah semua oke, segera kami hubungi kembali,’ begitu kata sang pendamping, tanpa dokumen tertulis.
Istri dan anak-anak sudah dikabari. Semuanya mendukung dengan antusias. Terbayang sejumlah penghasilan sang suami yang bakal berlipat dari sebelumnya. Bahkan anak sulung sudah browsing sekolah yang diinginkannya di Vietnam. Beberapa pekerjaan yang seharusnya dilakukan, sudah didelegasikan kepada beberapa rekannya. Persiapan sudah matang.
Satu pekan berlalu. Tiada kabar. Dua pekan berlalu. Tiada kabar. Masuk pekan ketiga, dia coba kontak headhunter. Ternyata, ia pun kaget karena tiada kabar dalam 2 pekan. Ia berjanji akan mengontak perusahaan dan segera memberi kabar lanjutan. 20 menit setelah pembicaraan itu. Ponselnya berdering.
Suara pelan di seberang sana bagaikan petir di siang bolong. Proses kontrak kerjanya dihentikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Cukup lama ia merenung. Banyak pertanyaan muncul di benaknya, mengapa 99 persen proses sudah terlaksana, tiba-tiba batal? Tapi pada akhirnya ia sadar ada 1 persen yang ia lupakan, padahal itu ada di atas segala-galanya. 1 persen itu ada pada TUHAN. 1 persen, kadang tidak diperhitungkan, tapi hak prerogatifnya, tidak terbendung …
Sumber :
Zainal Abidin Sidik
Sabtu, 09 November 2024
Sabtu, 26 Oktober 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Selasa, 26 Desember 2023
Rabu, 20 Desember 2023
Selasa, 02 Juli 2024
Rabu, 29 Mei 2024
Sabtu, 30 Maret 2024