Wayan Supadno | Sumber Foto:Dok. Pribadi
AGRONET -- Sesungguhnya pola kelola pada usaha milik saya selama ini bukan hanya pisang saja yang bernuansa ekonomi kerakyatan. Sejak dulu suka menerapkan ekonomi kerakyatan. Dalam bahasa militer strategi binter (pembinaan teritorial).
Ekonomi kerakyatan, pada hakikatnya membangun usaha agar tumbuh bersama - sama dengan masyarakat sekitar. Ini hal penting sekali. Saya sangat menyukai. Baik - baik dengan masyarakat, agar masyarakat baik dengan kita.
Contoh konkret ;
1. Membebaskan lahan. Setiap kali saya membeli lahan terlantar milik masyarakat banyak, apalagi skala puluhan hingga ratusan hektar. Selalu saya ingatkan bahwa saya tidak mau beli, jika sebagian dananya bukan untuk beli bibit legal hasil inovasi dari saya.
Maksud tujuannya agar masyarakat juga menanam serupa dengan apa yang saya tanam. Dapat bibit asli hasil riset. Agar dapat kepastian genjah cepat buah dan produktivitas tinggi serta rendemennya juga menyenangkan.
Karena selama ini, yang menjadi masalah paling serius adalah petani banyak yang menanam benih asalan ilegal. Non inovasi. Bisa karena manusianya tidak mau maju atau akses untuk mendapatkan benih inovasi Puslit, merasa kesulitan. Dampaknya menyakitkan jangka panjang.
2. Ternak sapi. Hingga pernah saya mengundang beberapa Kepala Desa dan Pimpinan BRI. Bahwa saya siap menyediakan bakalan sapi, pakan murah dan juga siap membeli sapi jika saatnya panen. Dengan pola saya jadi Avalist Inti Penjamin Pasar dan BRI menyalurkan KUR nya.
Maksud tujuan agar banyak masyarakat terlibat usaha yang sama dengan usaha yang saya tekuni. Karena saya telah merasakan bahwa ternak sapi menguntungkan. Indikator utamanya mudah dipasarkan dan pakan bermutu tinggi murah berlimpah.
3. Pengembangan kebun pisang. Saat ini saya sedang menanam pisang skala luas jumlah bibit di atas 100.000 pohon. Di sela kebun sawit muda baru ditanam. Luas di atas 100 hektar. Pematangan _ripening_ dan ekspor, dikelola oleh anak gadis yang Maret ini wisuda di Manajemen Bisnis Kampus ITS Surabaya.
Besar harapan, agar masyarakat ikutan menanam. Berkolaborasi sinergis produktif. Bibit dari saya dan saat panen bisa ditampung semua. Ada kepastian bibit inovasi dan pasar ekspor. Masyarakat tinggal meniru. ATP (amati, tiru, plek) atau ATM (amati, tiru, modifikasi).
Kalkulasi logis tanam pisang.
1. Bibit, tanam dan pupuk hingga buah pada umur 10 bulan Rp 25.000/pohon bibit. Jika tumpang sari dengan sawit muda bisa 1.000 pohon/ha. Jika intensif lahan kosong bisa 2.000 pohon/ha. Anggaran di atas belum pembelian lahan dan penyiapan pra tanamnya.
2. Saat usia 10 bulan ada yang bisa dipanen seharga Rp 70.000/tandan. Usia 12 bulan ada yang dipanen lagi 1 tandan Rp 70.000/tandan. Hingga 30 bulan sejak tanam bisa 5 tandan yang bisa dipanen. Artinya 1 bibit selama 30 bulan bisa menghasilkan 5 tandan @ Rp 70.000 total Rp 350.000.
Jika masyarakat menanam 10.000 bibit/KK maka potensi omzet bisa Rp 3,5 miliar selama 30 bulan. Bisa 5 hektar jika intensif. Bisa 10 hektar jika tumpang sari dengan sawit atau tanaman keras lainnya baru tanam. KUR Progja Pemerintah bunga 6%/tahun dengan Perbankan bisa kerja sama. Jadilah " Ekonomi Kerakyatan " terwujud.
Sumber :
Wayan Supadno
Sabtu, 09 November 2024
Sabtu, 26 Oktober 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Selasa, 26 Desember 2023
Rabu, 20 Desember 2023
Selasa, 02 Juli 2024
Rabu, 29 Mei 2024
Sabtu, 30 Maret 2024