Membangun knowledge-based siciety

Mengejar Emas Benua Maritim Indonesia

Selasa, 06 Juni 2023, 23:52 WIB

Pesona Alam Indonesia | Sumber Foto:Farid Gaban

AGROBNET -- MT Zen, gurubesar geologi ITB, salah satu ilmuwan favorit saya. Beliau tak cuma ahli teknis ilmu kebumian. Beliau adalah pemikir, boleh dikata filosof, tentang pengembangan sains di Indonesia.

Beliau juga penulis yang fasih. Banyak buku dan artikel telah beliau tulis semasa hidup. Tapi, lebih dari itu, beliau seorang pendongeng. Dan ini salah satu dongengnya yang paling berkesan buat saya:

Alkisah, ada seorang petani yang telah lama hidup dari tanah pertaniannya yang subur. Dia punya seorang anak lelaki yang diharapkannya bisa meneruskan usaha bertani. Tapi, sang anak memilih pergi mencari "hujan emas" di negeri orang.

Sang anak berkeliling dunia untuk mencari emas, tapi gagal. Akhirnya dia kembali pulang dan menemukan ayahnya masih setia menggarap tanah pertaniannya. Sang anak bertanya kepada ayahnya kenapa masih melakukan hal yang dia nilai konyol dan primitif itu.

"Menurtmu, apa yang aku kerjakan sekarang?" kata sang ayah. "Saya punya cerita yang belum pernah kuceritakan kepadamu."

"Sebelum meninggal bertahun-tahun lalu, kakek buyutmu bercerita desa kita ini pernah didatangi sekawanan perompak. Mereka mengubur sebuah kotak berisi bongkahan emas hasil jarahan di sebuah lembah. Setelah beberapa waktu, para perompak pergi dan menghilang."

"Kakek buyut membeli tanah itu. Dia menggali sambil bertanam untuk hidup sehari-hari. Sejak itu dia terus menggali dan menggali untuk mencari harta karun. Dan terus menanam."

"Tanah itu sangat subur yang membuatnya kewalahan. Kakek buyut mengajak anaknya untuk terlibat karena tinggal sedikit saja tanah yang belum digarap. Mereka terus menggali, dan terus menanam."

"Kakek buyut yakin akhirnya mereka akan menemukan emas yang dicari itu karena dia melihat sendiri para perompak mengubur kotak harta karun di suatu tempat di lembah itu."

"Kakek buyut meninggal tak lama setelah itu. Pekerjaan menggali dan menanam diteruskan oleh anaknya."

"Sang anak terus menggali. Dan menanam. Tapi, emas tetap belum ditemukan sementara seluruh lembah telah digali dan ditanami. Sang anak mulai frustrasi. Dia mulai meragukan cerita kakek buyut."

"Pada sebuah sore menjelang matahari tenggelam, si anak duduk di atas bukit sambil memandang lembah ke tanah pertaniannya yang kaya, subur dan membentang. Tiba-tiba dia jatuh berlutut, mencium tanah dan menangis. 'Bagaimana aku begitu buta. Bongkahan itu ada di sana, di depan mataku.' Matanya berkaca-kaca."

Moral cerita tadi, menurut MT Zen, sangat sederhana. "Benua maritim Indonesia adalah taman ilahi." Tak hanya kaya akan tanaman yang bisa mensejahterakan, tapi juga menyimpan seluruh rahasia ilmiah yang tersembunyi di balik gunung, hutan, lembah dan gelombang lautnya.

Itulah bongkahan emas sesungguhnya, sumber yang tidak akan ada habis-habisnya: harta karun ilmu pengetahuan.

"Benua Maritim Indonesia adalah laboratorium alami terbesar dan paling beraneka tagam di seluruh permukaan bumi," tulis MT Zen.

Indonesia adalah surga sesungguhnya bagi para ilmuwan geologi, biologi, botani, kelautan, antropologi, dan budaya.

Hutan bukan sekadar pohon. Laut bukan sekadar sumber ikan untuk ditangkap.

Alam adalah gudang pengetahuan, dan pengetahuan adalah sumber ekonomi yang paling penting dan tiada habisnya. Dan semua itu ada di depan mata kita.

Salah satu kunci masa depan Indonesia adalah membangun "knowledge-based soviety". Dan kita bisa memulainya dengan merenungkan secara sungguh-sungguh apa yang dikisahkan MT Zen.

 

Sumber :

Farid Gaban

BERITA TERKAIT