Santori Kembangkan Kemitraan Pembibitan Sapi

Kamis, 16 November 2017, 20:59 WIB

Ilustrasi

AGRONET - Usaha pembibitan sapi potong perlu modal besar. Perputaran uangnya pun cukup lama.  Hal itu membuat pengusaha dan perbankan kerap enggan berinvestasi ke usaha ini.  Untuk mengatasi itu, PT Santosa Agrindo (Santori), perusahan yang bergerak dalam usaha penggemukan sapi ini membuat terobosan. Santori mengembangkan program kemitraan untuk usaha pembibitan sapi tersebut.

“Peternak hanya siapkan kandang, agunan bank, dan tenaga,” jelas Bintoro Tantono, pengembang pola kemitraan ini.  Bintoro yang telah 25 tahun berkecimpung dalam usaha peternakan ayam bersama Hermanto yang telah lebih dulu menjalan kan pola kemitraan kambing boer mengkonsep pola kemitraan sapi pembibitan.  Mulai September 2016 pola kemitraan usaha pembibitan sapi potong berjalan. 

Banyak pihak yang terlibat dalam kemitraan ini.  Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI) berperan dalam memberian kredit ke peternak.  Perusahaan Asuransi Jasindo dan Raya mengasuransikan sapi-sapi yang dipelihara.  Layaknya kredit kendaraan bermotor.  Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya mengambil peran sebagai pendamping peternak.  “Adanya Perbankan, Asuransi dan Akademisi menjadikan kemitraan ini sama-sama senang dan sama-sama aman,” ujar Bintoro.

Santori sebagi inti ‘menjual’ sapi bunting berusia 6 bulan pada peternak. Di mana peternak sebagai plasma.  Pola kemitraan inti-plasma antara Santori dan Peternak lebih menitik beratkan pada mengembangan 6 ekor sapi bunting.  Empat bulan setelah beranak, ‘induk kosong’ dibeli kembali oleh pihak Santori.  Enam ekor anak sapi (pedet), akan dibeli kembali Santori setelah 15 bulan.

Menopang kebutuhan peternak perbankan mencairkan dana kredit senilai Rp. 200 juta.  Dana tersebut diberikan kepada peternak berupa 6 ekor sapi bunting usia 7 bulan dan pedet berusia 4 bulan sebanyak 6 ekor.  Jenis sapi betina yang dipilih yakni Brahman croos dari Australia.  Sapi betina tersebut dikawinkan dengan pejantan atau sperma sapi Brahmann dari Amerika (USA). 

Enam ekor pedet yang diberikan pihak bank berfungsi untuk berjaga-jaga mana kala ada sapi yang mati saat pemeliharaan.  Jika tidak terjadi kematian, 6 ekor pedet tersebut menjadi tambahan keuntungan bagi si peternak. 

Biaya pengiriman sapi dari Santori ke kandang peternak sudah termasuk pembiayaan dari pihak Bank.  Perbankan juga membiayai rumput seharga 200 rupiah per-kg dan juga konsentrat sebagai makanan ternak (pakan) ternak selama pemeliharaan.  Pakan induk selama 7 bulan dan pakan pedet selama 3 bulan.  Menunjang kesehatan ternak, selama satu periode pemeliharaan perbankan membiayai obat-obatan yang dibutuhkan. 

Cara pengangsuran pun unik.  Termin angsuran disesuaikan dengan periode sapi siap jual.  Angsuran pertama dibayarkan dari pedet hasil induk yang telah beranak.  Bulan ke-12, pedet yang pertama dibeli berumur 4 bulan, setalah 12 bulan menjadi 350 kg sebagai angsuran ke-2.  Anak dari induk awal di bulan ke-18 sudah 350 kg diambil 2 ekor saja sebagai angsuran ke-3.

Mengantasipasi limbah yang ada dari proses pemelihara sapi, perbankan juga memberikan pembiayaan untuk pengolahan limbah.  Budidaya cacing yang dikembangkan dalam manfaatkan feses sapi.  Dari hasil penjualan cacing digunakan untuk biaya hidup sehari-hari si peternak.

Mengantisipasi resiko dari usaha peternakan, perbankan juga membayarkan premi asuransi sapi yang dipelihara.  Premi yang dibayarkan untuk sapi bunting sebesar 1,2 persen dari harga sapi induk bunting.  Untuk premi pedet lepas sapih sebesar 1,5 persen dari harga pedet lepas sapih.  Pihak asuransi akan mengganti ternak sesuai dengan jenis ternak yang diasuransikan dengan ketentuan yang telah disepakati bersama.

Dalam upaya meminalisir resiko yang ada. Pihak akademisi melakukan pendampingan teknis budidaya pada peternak.  Selain itu peternak juga diarahkan dalam mengelola dana kredit secara terencana.

Model kemitraan seperti yang dijabarkan ditujukan bagi perternak individu.  Kedepannya Santori akan menerapkan pola berkelompok.  “Saat ini sudah uji coba ke beberapa kelompok dan pesantren di Jawa Timur namun belum banyak,” papar Bintoro.

Pengembangan pola kemitraan sapi pembibitan ini diharapankan pemuda-pemuda tidak perlu urbanisasi.  Cukup dengan pemberdayaan masyarakat.  Dengan adanya pola yang dikembangkan Santori ini, diharapkan dapat terjadi peningkatan populasi sapi khususnya di Jawa Timur.

Tagline yang Bintoro kerap sampaikan dalam mensosialisasikan pola kemitraan ini ‘HERBIN SANTORI B 2 Oentuk 17 an (baca : 2017) dengan 17 (baca : JITU) untuk mencapai ke 57 (baca : MA JU) an dan ke 58 (baca : MA PAN) an.  ‘Hermanto Bintoro Berdua Oentuk Satu Tujuan Dengan Jitu Untuk Mencapai Kemajuan Dan Kemapanan’.  Angka 2017 juga menandakan Tahun mulai berprodusinya pedet-pedat dari pola kemitraan usaha pembibitan sapi. (269)