Deddy Harsono
AGRONET - Sukses menjalankan bisnis tidak membuat Deddy Harsono berpuas diri. Baginya, bisnis tidak semata mencari keuntungan. Tapi juga berbagi rezeki untuk sesama.
Selepas lulus dari jurusan elektro Universitas Muhammadiyah, Deddy menapakkan karirnya di perusahaan Astra. Di perusahaan otomotif ini, karir Dedy berjalan mulus hingga mencapai jenjang General Manager.
Namun, kesuksesan ini tidak membuat ia terlena menikmati zona nyaman. Dua tahun sebelum ia memutuskan untuk menjadi entrepreneur, ia bersama istri mencoba untuk menjalankan usaha general trading. Begitu usaha ini sudah berjalan mantap, Deddy pun memutuskan untuk pamit dari Astra, untuk membangun usahanya sendiri.
Kerja keras, kejujuran, dan kesederhanaan sudah menjadi karakter yang melekat sejak ia duduk di bangku sekolah. Prinsip ini juga ia pegang dalam menjalankan bisnisnya. Ketekunannya akhirnya berbuah manis.
Namun, dibalik kesuksesan ini, Deddy masih menyimpan keinginan untuk membantu petani. Mengapa harus petani ?
”Saya sering mendengar cerita kalau banyak anak-anak petani yang tidak ingin menjadi petani,” ujar pria kelahiran Jakarta, 57 tahun yang lalu. Keadaan ini membuat Deddy risau. ”Kalau petani Indonesia tidak ada penerusnya, lalu kita mau makan apa,” lanjut Deddy.
Kegelisahan Deddy tidak hanya soal generasi penerus petani, tapi juga masalah yang membelit petani. ”Persoalan petani Indonesia terjadi dari hulu hingga hilir. Kasihan mereka,” tutur Deddy. Masalah petani yang dimaksud Deddy adalah dari persoalan pupuk, lahan pertanian, tengkulak, harga jual hasil panen, dan segudang masalah lainnya.
Untuk mengatasi semua persoalan tersebut, jelas tidak mungkin dikerjakan oleh Deddy sendiri. Ia pun kemudian mencoba membantu petani dengan membangun pabrik pupuk organik. Sebuah langkah kecil yang diyakini jika diawali dengan niat yang baik akan membuahkan hasil.
”Saya melihat banyak lahan pertanian yang sudah tidak layak tanam karena pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan,” jelas Deddy. Jika lahan pertanian dapat dipulihkan kesehatannya, Deddy yakin hasil pertanian juga akan bertambah baik.
Perhatian Deddy pada petani dapat dilihat dari adanya beberapa lukisan petani dan sawah yang digantung di kantornya. ”Saya juga suka dengan kayu,” uajr Deddy sambil menunjuk akar kayu yang telah dikeringkan dan digantung di ruang kerjanya.
Akhirnya, pada akhir 2011, Deddy membangun pabrik organik di daerah Sadang, Purwakarta. Pabrik pupuk ia beri nama PT. Persada Pupuk Indonesia (PPI) dan produknya diberi nama Kemala. ”Nama ini saya ambil dari nama perumahan tempat tinggal saya di Bekasi Barat,” ujarnya sambil tersenyum.
Deddy sangat serius ingin membantu petani. ”Pak Deddy ingin agar kualitas pupuk organik Kemala harus yang terbaik,” ujar Nefo Handayanto, Division Head PPI. Pupuk organik Kemala menggunakan kotoran hewan – sapi dan ayam – yang difermentasi, yang kemudian hasilnya menjadi kompos.
Pada kompos ini kemudian ditambahkan beberapa zat penting dan juga mikro organisme. Sudah barang tentu takarannya dihitung dengan cermat agar memberikan hasil yang maksimal. Tidak heran jika dari uji coba yang telah dilakukan oleh PPI di beberapa daerah memberikan hasil yang sangat memuaskan.
Nefo memperlihatkan beberapa foto hasil uji coba pupuk Kemala pada tanaman cabai dan kol. Tanaman cabai yang menggunakan pupuk Kemala, tingginya menyamai tinggi pria dewasa.
Sedangkan tanaman kol di daerah Pengalengan, yang ditanam dengan jarak normal seperti sebelum menggunakan pupuk organik Kemala, saat menjelang panen ukuran buah kol lebih besar sehingga membuat petani sulit berjalan di antaranya. ”Hasil panen kubis naik 30 persen setelah menggunakan pupuk Kemala dan dilakukan bimbingan,” ujar Nefo.
Setelah hampir 6 tahun berdiri, pupuk organik Kemala kini banyak dicari oleh petani. ”Sampai akhir tahun 2017, pesanan sudah melampaui kapasitas produksi,” jelas Nefo. Kalau pun ada pesanan saat ini, pupuk Kemala baru dapat dikirim tahun depan.
Kapasitas PT PPI dalam satu hari sekitar 60 ton. Pesanan yang terus datang membuat setiap hari selalu ada pengiriman ke berbagai wilayah. ”Belum lama ada pesanan dari daerah Sulawesi Tenggara. Mereka kagum dengan tanaman cabai yang setinggi manusia setelah menggunakan pupuk organik Kemala,” ujar Nefo.
Keberhasilan PT PPI ini tidak lepas dari falsafah bisnis yang ditanamkan oleh Deddy Harsono, ”Kualitas harus nomor satu dan jangan curang”. Soal timbangan satu karung pupuk misalnya. Berat yang tertera pada karung kemasan pupuk adalah 40 kg. Namun, dari sekian banyak hasil produksi, sangat mungkin ada beberapa karung yang timbangannya meleset.
Deddy tidak mau kompromi. ”Sebenarnya bisa saja harganya diturunkan sesuai dengan berat yang ada. Tapi saya tidak mau. Jika ada berat yang tidak sesuai, harus ditarik kembali ke pabrik dan diganti dengan timbangan yang benar,” ujar Deddy. Rupanya Deddy memegang betul ajaran agamanya, Islam - ”Jangan mempermainkan timbangan”.
Bagi Deddy, berdagang tidak semata mencari keuntungan. Tapi harus ada nilai kemanusiaan. ”Saya pernah melihat ada pupuk organik yang isinya hanya tanah hitam dan sedikit mikro organisme. Saya heran, masih ada orang yang tega menipu petani. Padahal hidup petani sudah susah,” ujar Deddy yang mengidolakan William Soerjadjaja, pendiri PT Astra Internasional dan Jack Ma, pendiri Alibaba Group.
Lebih lanjut Deddy menjelaskan bahwa tanpa harus berbuat curang dan menjual dengan harga wajar, keuntungan dari menjual pupuk organik Kemala sudah sangat lumayan. ”Jadi buat apa menipu,” jelas ayah dari empat anak ini.
Keuntungan dari bisnisnya, tidak seluruhnya ia nikmati. Deddy selalu berbagi rezeki. Ia rutin menyalurkan sebagian rezekinya kepada mereka yang berhak. Ada sekitar 500 anak yatim yang biaya pendidikannya dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas menjadi tanggungan Deddy. Tidak heran jika bisnisnya berkembang dengan baik dan berkah. (555)
Jumat, 21 Maret 2025
Kamis, 27 Februari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Sabtu, 22 Februari 2025
Selasa, 18 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025