Agung Saputra, Petani Milenial Pendiri Bio Nature Nusantara

Minggu, 27 November 2022, 09:34 WIB

Agung Saputra Pendiri Bio Nature Nusantara | Sumber Foto:Dok. Pribadi

AGRONET -- Keprihatinan terhadap kondisi pasar produk organik di Indonesia, menjadi salah satu landasan Agung Saputra, milenial asal Sleman – Yogyakarta mendirikan Bio Nature Nusantara pada 2015.

 

“Saya juga melihat tingkat kebutuhan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk sehat & organik semakin meningkat, serta didukung dengan potensi pertanian organik lokal yang ada maka saya dirikan Bio Nature Nusantara ini,” terang Agung saat membuka paparannya sebagai narasumber inspiratif webinar inspirasi bisnis INTANI seri ke 94, Rabu (9/11/2022).

 

BERITA TERKAIT

Sejak didirikan, sudah berbagai produk dipasarkan,  mulai dari beras organik & tepung beras organik (beras putih, beras merah, beras hitam, beras coklat & beras campur), VCO, coconut cooking oil, serta berbagai tepung dari ubi (ubi ungu, ubi kuning, mocaf dari singkong) dan ada juga tepung dari pisang.

 

Tidak hanya fokus produksi dan pemasaran, tetapi Agung juga membentuk Komunitas Organik Indonesia (KOI) dimana anggotanya mulai dari petani hingga para konsumen produk organik.

 

“Di awal memang sistem pemasaran kita secara offline langsung ke konsumen, reseller dan pasar lokal, jadi ketika awal pandemi dampaknya sangat terasa bagi kami. Maka sekarang kita sudah kembangkan pemasaran dengan online dan juga B2B,” ujarnya.

 

Agung bersama komunitasnya juga rutin melaksanakan OGH Expo yaitu ‘Organic, Green, and Healthy Expo’ sebagai wadah untuk memperluas pasar dan meningkatkan literasi masyarakat pentingnya mengkonsumsi produk pangan sehat.

Untuk kapasitas produksi, Agung mengatakan bisa mencapai 50-60 ton per bulan untuk produk beras dan 200 liter minyak setiap minggu serta produk lainnya mencapai 1 ton setiap minggu.

 

Guntur Subagja, ketua umum Intani menyampaikan dalam pengantarnya bahwa langkah yang diambil Agung sudah sangat tepat dalam memilih mengembangkan produk pertanian organik lokal.

 

“Komoditas-komoditas organik ini memang menjadi pilihan banyak orang terutama setelah pandemi, maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produksi, pemasaran dan promosi agar lebih banyak masyarakat yang menjangkau produk organik. Langkah strategis yang dilakukan Agung sudah sangat tepat, selain produksi juga bangun komunitasnya,” terang Guntur.

 

Selain itu menurut Guntur kembali ke pertanian organik sangat penting untuk mengembalikan fungsi alam sebaik-baiknya dan mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Tidak hanya menjaga kelestarian alam tetapi juga menyehatkan masyarakat.

 

Lebih lanjut Agung juga menyampaikan masih terkendala untuk peningkatan produksi, karena ketersediaan peralatan produksi yang terbatas. Selain itu dari semua produk organiknya baru produk beras yang bersertifikat LSO(Lembaga Setifikasi Organik).

 

“Untuk produk lainnya kami menggunakan penjaminan kelompok produk organik dari PAMOR (Penjamin Mutu Organik) Indonesia, karena untuk LSO memang biaya sertifikasinya relatif tinggi,” terang Agung.

 

Anggota dari Aliansi Organik Indonesia (AOI), Muladiyanto yang juga pengelola PAMOR untuk Solo Raya menerangkan PAMOR terbentuk untuk memberikan penjaminan organik bagi petani kecil dengan biaya yang lebih murah, dapat diterima secara nasional, memiliki integritas organik bertaraf tinggi, mudah dipahami dan kredibel.

 

“Kami mengikuti pola seperti di Brasil, India dan Thailand, penjaminan mutu organik secara kelompok yang diakui negara, namun disayangkan di Indonesia baru LSO yang diakui. Maka kami membentuk PAMOR agar para petani kecil bisa menjangkau sertifikasi dengan biaya terjangkau,” jelasnya.

 

Muladiyanto juga menerangkan selain sebagai penjaminan mutu organik, PAMOR juga membina para petani mulai dari budidaya, packaging produk, pemasaran dan penguatan kelompok tani.

 

“Kolaborasi dengan PAMOR ini memang dampaknya sangat positif bagi kami, selain penjaminan mutu juga peningkatan untuk pemasaran,” terang Agung.

 

Agung juga berpesan untuk sukses memulai usaha adalah dengan mulai mengembangkan potensi yang ada di sekitar. “Hasilnya bisa dikonsumsi untuk sendiri lalu dipromosikan ke sekitar, setelah itu tingkatkan terus kualitas produksi kita maka ke depannya pasar yang lebih luas akan terbentuk”.

 

Sumber :

intani.org

BERITA TERKAIT