Napak Tilas Obama di Jatiluwih

Rabu, 05 Juli 2017, 01:22 WIB

Persawahan Terasering Jatiluwih, Bali

AGRONET - Presiden ke 44 Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, baru saja menyelesaikan masa liburannya di Indonesia. Ia mengunjungi pulau Bali, Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Dari sekian tempat yang ia kunjungi, ada satu tempat yang menarik untuk kita cari tahu kehebatannya. Tempat itu adalah kawasan terasering persawahan di Desa Jatiluwih.

Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut dan berdekatan dengan Gunung Batu Karu. Letaknya sekitar 50 km dari Denpasar dan dapat dicapai dalam waktu 1,5 jam dengan berkendara. Lalu, apa hebatnya Jatiluwih sampai Obama menyempatkan berkunjung ke sana.

Dalam bayangan kita, jika disebut kawasan terasering persawahan, maka sudah hampir pasti pemandangan yang akan kita lihat adalah hamparan sawah yang berundak. Ini benar. Namun, pemandangan di Jatiluwih sungguh indah. Obama saja sampai menyempatkan meluangkan waktu hingga lebih dari satu jam, hanya untuk berjalan-jalan di jalur tracking yang memang tersedia di tengah hamparan persawahan. Pulangnya pun ia menyempatkan membeli beras merah.

Sebenarnya, selain Jatiluwih, pulau Bali juga memiliki Tegalalang yang berlokasi di desa Ceking, Kabupaten Gianyar. Tegalalang sering dijadikan tujuan wisata, khususnya bagi mereka yang menginap di kawasan Ubud. Letak Tegalalang memang hanya sekitar 20 menit berkendara dari Ubud. Kebetulan, Obama menginap di Ubud. Tapi ia justru memilih Jatiluwih yang letaknya lebih jauh dari Ubud, sekitar 40 km.

BERITA TERKAIT

Apa kelebihan Jatiluwih dibandingkan Tegalalang? Menurut beberapa sumber, Jatiluwih jauh lebih luas dibanding Tegalalang. Luas Jatiluwih sekitar 636 hektar, sedangkan Tegalalang 6 hektar.

Keduanya juga memiliki pemandangan yang indah. Namun, Tegalalang selama ini hanya dijadikan tempat berfoto oleh para wisatawan. Sedangkan Jatiluwih dapat memberikan nilai lebih. Tidak hanya pemandangan persawahan terasering yang indah tapi juga nilai-nilai kearifan lokal seperti subak (sistem irigasi tradisional Bali), pemandangan sungai, pura-pura, rumah-rumah penduduk yang masih sederhana, dan udara yang sejuk.

Jika beruntung, kita dapat melihat kegiatan petani di sawah yang masih menggunakan cara dan alat tradisional untuk menggarap sawahnya seperti; mencangkul, nampadin (membersihkan pematang sawah), ngelampit (membajak sawah), melasah (meratakan tanah sawah), dan nandur (menanam padi). Semua kegiatan petani ini selalu berpedoman pada konsep filosofi Tri Hita Karana  (filosofi tentang keseimbangan antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, serta manusia dengan Sang Pencipta). Kegiatan petani di Jatiluwih sering dijadikan sebagai obyek foto oleh wisatawan.

Selain itu di kawasan Jatiluwih juga terdapat aktifitas wisata lain seperti hiking dan bersepeda. Disana juga tersedia penginapan, cafe, dan rumah makan yang khusus menyajikan makanan dengan menggunakan beras merah dari hasil pertanian di Jatiluwih. Berbagai keistimewaan inilah yang kemudian membuat UNESCO menetapkan Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia (World Heritage), pada 29 Juni 2012.

Agar dapat menikmati pemandangan alam Jatiluwih dengan sawah terasering yang hijau dan indah, disarankan berkunjung pada bulan Februari hingga April, karena pada bulan-bulan tersebut tanaman padi tumbuh tinggi, hijau dan menguning. Sedangkan pada sekitar Juni hingga Juli, tanaman padi telah siap dipanen. Kegiatan memanen padi oleh petani akan banyak dijumpai.

Jadi, jika anda berlibur ke Bali, sempatkan mampir ke Jatiluwih. Napak tilas Obama dan jangan lupa beli beras merah. (555)

 

BERITA TERKAIT