Saluran air Caesarea Aqueduct yang dibangun oleh Raja Herodes Agung pada 23-13 SM | Sumber Foto:trover.com
AGRONET – Musim kemarau telah melanda Indonesia. Beberapa daerah bahkan telah dilanda kekeringan. Selain sulit mendapatkan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari, lahan pertanian juga mulai kesulitan mendapatkan pasokan air untuk keperluan irigasi. Beberapa hari yang lalu, dikabarkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) telah merencanakan membuat hujan buatan untuk mengatasi masalah ini.
Indonesia sebenarnya memiliki banyak sistem irigasi seperti waduk, bendungan, embung, dan lain-lain yang dapat membantu mengatasi kesulitan air dimusim paceklik untuk keperluan pengairan lahan pertanian. Pada pemerintahan presiden Jokowi, bahkan telah direncanakan pembangunan 65 bendungan yang terdiri dari 16 proyek lama dan 49 proyek baru. Pembangunan bendungan ini direncanakan akan selesai seluruhnya pada tahun 2022. Dengan adanya bendungan baru ini, petani diharapkan dapat menanam padi 2 kali dalam setahun, termasuk dimusim kemarau.
Kapasitas tampung 65 bendungan ini akan membuat ketersediaan tampungan air di Indonesia menjadi 19,1 miliar meter kubik, dari sebelumnya sebesar 12,6 miliar meter kubik yang berasal dari 230 bendungan yang ada saat ini. Jika 65 bendungan ini telah selesai dibangun maka luasan sawah yang mendapat air dari bendungan bertambah 173.000 hektar atau secara total menjadi 933.000 hektar. Dengan adanya sumber air dari bendungan, maka kebutuhan irigasi diharapkan dapat terpenuhi sepanjang tahun.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, sistem irigasi telah lama dikenal. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Sistem irigasi kuno ini dapat berupa saluran, terowongan atau parit. Fungsinya untuk mengangkut air dari lokasi yang jauh ke lokasi yang diinginkan.
Menurut catatan yang ditemukan, saluran air pertama yang dibangun pada masa peradaban kuno terdapat di Mesir, Babel, dan Asyur. Saluran air primitif ini, mirip kanal terbuka yang digali di antara kota dan sungai. Namun dari seluruh saluran yang dibangun pada masa peradaban kuno, yang paling terkenal adalah yang dibangun oleh bangsa Romawi. Mereka, selama 500 tahun, membangun paling tidak 11 saluran air untuk keperluan memasok air ke Roma dan ke seluruh penjuru kerajaan.
Dari sekian banyak saluran air kuno, di antaranya adalah;
1. Tambomachay
Saluran air ini dijuluki ”The Bath of the Inca”. Tambomachay adalah situs arkeologi di Peru. Sistem pengairan ini terdiri dari rangkaian saluran air, kanal, dan air terjun yang berasal dari mata air panas. Air tampaknya memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Inca.
2. Aqueduct Park
Selama kurun 500 tahun (tahun 312 SM hingga 226 M), ada 11 saluran air yang dibangun oleh bangsa Romawi untuk membawa air ke Roma, ibu kota kerajaan, dari suatu tempat berjarak 92 km. Sistem saluran air ini memiliki panjang total lebih dari 415 km. Sekitar 48 km terbuat dari lengkungan batu, dan sisanya berupa terowongan bawah tanah.
Di taman Aqueduct terdapat 7 saluran air purba, yaitu: Marcio, Anio Novus, Tepula, Mariana, Claudio, Iulia, dan Felice. Namun, Aqua Claudio adalah yang paling mengagumkan. Dibangun sekitar 52 M dan mencapai ketinggian 28 meter.
3. Caesarea Aqueduct
Caesarea adalah kota pelabuhan penting yang dibangun oleh Raja Herodes Agung pada 23-13 SM. Saluran air ini membawa air mengalir ke kota dari mata air sejauh 10 km. Ini adalah saluran air pertama yang dibangun Herodes ketika kota ini didirikan. Bangsa Romawi memperluas saluran air purba pada abad ke-2 Masehi. Saluran air ini memasok air selama 1.200 tahun. Selama berabad-abad saluran air ini mengalami beberapa kali perbaikan.
4. Nazca Aqueducts
Dibangun pada abad ke-3 sampai 6, oleh suku Nazca agar dapat bertahan di iklim padang pasir yang gersang. Saluaran air ini terdapat di bawah tanah. Saluran air ini masih digunakan hingga kini oleh mereka yang mendiami lembah.
5. Hampi Aqueducts
Hampi adalah ibu kota kekaisaran Vijayanagar di India, pada abad ke-14. Di sekitar Hampi ditemukan sisa-sisa saluran air dan kanal kuno yang digunakan untuk membawa air dari sungai Tungabhadra untuk memasok air ke tangki penyimpanan.
6. Aqueduct of The Miracles
Aqueduct of The Miracles adalah satu dari tiga saluran air Romawi kuno yang dibangun di Merida. Saluran air ini mengawali metode cara mengalirkan air dari danau buatan ke kota. Danau buatan ini mendapat pasokan air dari sungai yang berjarak sekitar 5 km dari kota Merida. Diperkirakan saluran air ini dibangun pada abad pertama Masehi. Pada abad-abad berikutnya penduduk Merida menyebutnya sebagai ”Aqueduct of The Miracles” karena kekaguman atas rancangan saluran air ini.
7. Les Ferreres Aqueduct
Dikenal juga sebagai Pont del Diable, yang berarti Jembatan Iblis. Saluran air ini dibangun untuk keperluan mengalirkan air dari Francoli ke kota Tarragona, yang berjarak 15 km. Diduga, saluran air ini dibangun pada masa pemerintahan kaisar Augustus. Saluran air ini memiliki tinggi maksimum 27 meter dan panjang 249 meter, serta disusun oleh 25 lengkungan atas dan 11 lengkungan bawah.
8. Valens Aqueduct
Saluran air ini selesai dibangun pada tahun 368 M, pada masa pemerintahan Kaisar Romawi, Valens. Valens Aqueduct merupakan salah satu titik terminal dari sistem saluran air dan kanal purba Konstantinopel. Panjang total Valens Aqueduct lebih dari 250 kilometer.
9. Aqueduct of Segovia
Diperkirakan dibangun sekitar tahun 50 Masehi. Aqueduct of Segovia mengalirkan air dari sungai Frio ke Segovia, sejauh 16 km. Saluran air ini masih berfungsi hingga abad ke-20.
10. Pont du Gard
Dalam bahasa Indonesia berarti Jembatan Gard. Saluran air ini terdapat di sebelah selatan Perancis dan dibangun oleh Kekaisaran Romawi. Awalnya merupakan kanal sepanjang 50 km yang memasok air tawar ke kota Nimes. Saluran air ini seluruhnya dibangun tanpa menggunakan mortar. Batu-batu yang digunakan beberapa di antaranya memiliki bobot sampai 6 ton. Potongan-potongan batu disatukan sempurna tanpa menggunakan semen. Saat ini, Pont du Gard adalah salah satu destinasi wisata favorit di Prancis.
Bagaimana dengan Indonesia? Belum lama ini ditemukan bangunan bata kuno di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, menyatakan bahwa bangunan bata kuno ini adalah saluran air dengan tipe tertutup. Saluran air ini memiliki panjang 14 meter dan lebar struktur 1,5 meter. Sedangkan kedalaman saluran air mencapai 205 centimeter yang dibangun dengan tumpukan 35 lapis bata, dan jarak antar sisi bangunan mencapai 55 sentimeter. Dari dari bentuk dan ukuran bata kuno yang yang terdapat pada saluran air ini, diketahui memilik ciri identik dengan benda peninggalan kerajaan Majapahit. (555)
Dukung Swasembada Pangan di Papua, Polbangtan Kementan Kawal Penyuluh Tingkatkan LTT melalui ePusluh
Jumat, 21 Maret 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Sabtu, 22 Februari 2025
Selasa, 18 Februari 2025
Senin, 17 Februari 2025