Reknologi RAS (resirculating aquaculture system) mampu meningkatkan produksi budidaya ikan. | Sumber Foto:Wikipedia
AGRONET – Teknologi tidak harus rumit dan berbiaya tinggi. Contohnya teknologi RAS (resirculating aquaculture system). Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadopsi teknologi RAS untuk menggenjot produksi dan sekaligus menaikkan pendapatan para pembudidaya ikan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelum diaplikasikan kepada para pembudidaya, teknologi RAS terlebih dahulu dikembangkan di Indonesia setahun belakangan ini. Teknologi ini pertama kali dikembangkan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Minahasa, Sulawesi Utara. Pengembangan ini lebih pada penyesuaian dengan kondisi alam dan kemampuan pembiayaan untuk setiap pembudidaya di Indonesia.
Sebelum diadopsi di Indonesia, teknologi RAS telah diterapkan di negara perikanan maju seperti Norwegia. Di sana, teknologi RAS mampu mendongkrak hasil produksi hingga berkali-kali lipat dibandingkan sistem yang dipakai sebelumnya.
Setelah dikembangkan oleh BPBAT, biaya instalasi RAS dapat dihemat menjadi kurang dari Rp 80 juta. Biaya untuk pembelian alat-alat yang seperti O2 generator, tanki filter, venturi, blower, ultraviolet, dan material lainnya. Usia pemakaian peralatan ini diperkirakan dapat mencapai enam tahun. Biaya ini jauh lebih kecil jika harus mengimpor sistem RAS dari luar negeri. Biayanya dapat mencapai ratusan juta rupiah.
Teknologi RAS telah terbukti lebih unggul dibandingkan dengan sistem konvensional. Dengan sistem konvensional, padat tebar nila hanya mampu mencapai 50 ekor/meter kubik. Namun dari ujicoba di desa wisata Bokasen, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta awal tahun lalu, terbukti teknologi RAS dapat membuat padat tebar nila mencapai 5.000 ekor/meter kubik. Ini berarti teknologi RAS mampu melipatgandakan produksi hingga 100 kali lipat dibandingkan sistem konvensional.
Selain soal produktivitas, teknologi RAS juga dapat menghemat pemakaian air dan dapat dilakukan pada lahan terbatas. Selain itu teknologi RAS juga memberikan solusi terhadap masalah perubahan iklim dan kualitas lingkungan.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, pemakaian teknologi RAS sangat penting untuk perikanan budidaya. Apalagi mengingat kebutuhan ikan mengalami kenaikan. Salah satunya karena kenaikan tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat. Tingkat konsumsi ikan naik dari 36 kilogram/kapita/tahun menjadi 43 kg/kapita/tahun.
Sebenarnya, teknologi RAS adalah teknologi budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan peralatan yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus-menerus (resirkulasi air). Sehingga pemakaian air dapat dihemat dan sekaligus meningkatkan kualitas kehidupan ikan. Kualitas air tetap dijaga agar selalu prima dengan cara mengontrol beberapa indikator.
Teknologi RAS juga dapat diaplikasikan untuk budidaya perikanan di perairan waduk. Selama ini, dijumpai beberapa kendala dalam budidaya perikanan di perairan waduk, seperti pencemaran daerah aliran sungai (DAS) dari hulu sampai hilir, limbah domestik penyebab blooming gulma air, dan fenomena umbalan yang dapat menyebabkan kematian massal ikan.
Untuk keperluan ini diperlukan riset teknologi perikanan, khususnya yang berkaitan dengan teknologi aerasi. Dengan sedikit modifikasi, teknologi RAS dapat diaplikasikan pada perikanan perairan waduk.
Dengan menggunakan teknologi RAS, kadar oksigen terlarut dapat meningkat di permukaan dan di kolom air dalam waktu singkat. Teknologi RAS secara umum terdiri dari dua bagian yaitu; aerator permukaan dengan kincir untuk aerasi di permukaan air dan pompa celup untuk aerasi di kolom air.
Di permukaan air, kincir aerator permukaan yang berputar akan menyebabkan kontak antara percikan air dengan udara yang selanjutnya akan membuat air mengikat oksigen di udara. Hailnya terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut dalam air. Sedangkan di kolom air, terdapat pompa celup yang bekerja berdasarkan perbedaan tekanan di kolom air dengan udara. Sehingga udara yang terhisap ke dalam air akan dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut di kolom air. Teknologi ini diharapkan menjadi solusi atas terjadinya kematian massal ikan di perikanan budidaya
Keramba Jaring Apung (KJA) waduk yang disebabkan fenomena umbalan.
Dengan pemakaian teknologi RAS, diharapkan target produksi nasional tahun 2019 untuk semua jenis ikan (tawar, payau, dan laut) sebesar 141,1 milyar ekor dapat tercapai. “Ayo makan ikan”. (555)
Minggu, 09 Februari 2025
Sabtu, 18 Januari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Senin, 30 Desember 2024
Kamis, 31 Oktober 2024
Kamis, 31 Oktober 2024