Teknologi RAISA adalah teknologi padi Rawa Pasang Surut Intensif, Super, dan Aktual. Teknologi ini merupakan rangkaian komponen teknologi yang pada prinsipnya mengambil dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi pasang surut | Sumber Foto:Dok Kementan
AGRONET -- Pemerintah terus mendorong berbagai upaya mewujudkan swasembada pangan, khususnya padi. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Salah satu upaya yang ditawarkan Balitbangtan adalah teknologi RAISA.
Kawasan pengembangan food estate di Kalimantan Tengah, tepatnya di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau mayoritas lahan sawahnya adalah lahan rawa. Di lahan tersebut kandungan unsur mikronya seperti kandungan besi (Fe) dan Natrium (Na) sangat tinggi, sehingga untuk meningkatkan produksi padi perlu teknologi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) memiliki inovasi teknologi yang siap diterapkan di kawasan tersebut untuk meningkatkan produksi padi. Namanya teknologi budidaya padi sawah pasang surut intensif, super dan aktual atau yang dikenal dengan teknologi budi daya padi RAISA. Teknologi RAISA ini diharapkan dapat meningkatkan hasil dan meningkatkan indeks pertanaman dari satu menjadi 2 atau 3 kali dalam satu tahun.
Teknologi RAISA
Teknologi RAISA adalah teknologi padi Rawa Pasang Surut Intensif, Super, dan Aktual. Teknologi ini merupakan rangkaian komponen teknologi yang pada prinsipnya mengambil dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi pasang surut. Dengan teknologi RAISA, potensi lahan sub optimal yang tersebar di beberapa pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua berpeluang dikembangkan sebagai lumbung pangan di Indonesia.
Teknologi ini disebut Intensif dan Super karena mampu mendorong peningkatan hasil dan peluang peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 1 menjadi 2 bahkan 3 kali setahun. Sedangkan prinsip Aktual dalam teknologi ini dikarenakan penggunaan hasil inovasi Balitbangtan terkini untuk pengelolaan dan sistem produksi.
Komponen teknologi RAISA terdiri dari persiapan lahan, pengelolaan Tata Air Mikro (TAM), pengaturan cara tanam dan populasi tanaman, Varietas Unggul Baru (VUB) dengan potensi hasil tinggi, aplikasi pupuk hayati, ameliorasi dan remediasi, pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR), pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu, serta alat dan mesin pertanian khususnya untuk tanam dan panen.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara telah melakukan pengkajian teknologi RAISA pada lahan pertanian pasang surut di Kabupaten Langkat dan Serdang Begadai. Varietas yang biasa ditanam petani adalah Ramos. Rata-rata petani di daerah tersebut hanya bisa panen sekali dalam setahun dan menghasilkan Gabah kering Panen (GKP) sebesar 3 ton/ha. Namun dengan teknologi RAISA yang menggunakan varietas Inpara 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9, dilengkapi komponen teknologi lainnya, mampu menghasilkan 4,2 ton/ha GKP dan lahan dapat ditanami dua kali setahun.
Selain BPTP Sumatera Utara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) bekerjasama dengan BPTP Sumatera Selatan juga berhasil melaksanakan demfarm teknologi RAISA pada lahan seluas 50 hektar di Desa Sukaraja, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Dari tiga varietas Inpara 2, 3, dan 8 yang dipanen diperoleh hasil produksi rata-rata 4,6-8,2 ton/ha. Terjadi peningkatan hasil 1-2 ton/ha dibanding budidaya yang dilakukan petani selama ini. Pemanfaatan alat dan mesin dengan teknologi modern memudahkan dan menghemat waktu tanam. Pupuk hayati yang diterapkan pada teknologi RAISA juga mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N dan P sampai dengan 30%.
Pengelolaan lahan yang tepat melalui penerapan inovasi teknologi yang sesuai, diharapkan bisa mendongkrak produksi padi dengan memanfaatkan lahan marginal. Dengan teknologi tersebut, daerah-daerah yang memiliki lahan rawa pasang surut yang selama ini kurang mendapat perhatian bisa dimaksimalkan fungsinya sehingga lumbung pangan nasional bisa segera terwujud. (234)
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Senin, 13 Januari 2025
Senin, 30 Desember 2024
Minggu, 22 September 2024
Minggu, 22 September 2024
Kamis, 11 Januari 2024
Senin, 30 Desember 2024
Kamis, 31 Oktober 2024
Kamis, 31 Oktober 2024