Food Estate Padi Hibrida

Sabtu, 03 Desember 2022, 20:56 WIB

Padi hibrida dapat digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas padi. | Sumber Foto:bbpadi

AGRONET -- Terlepas dari pro kontra pengembangan Food Estate di negeri ini, namun demi terwujudnya ketersediaan pangan yang kokoh, kebijakan untuk meningkatkan produksi yang dihasilkan para petani dalam negeri sekaligus memperkuat cadangan pangan nasional, tetap perlu dilakukan. Food Estate merupakan solusi atas berbagai masalah ketahanan pangan bangsa dan negara.

Apalagi, jika negara kita terkena imbas dari krisis pangan global, yang saat ini mulai terasa dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Hal ini penting dipahami, karena sekalipun negara kita dikenal sebagai negara agraris, ternyata kita masih mengalami defisit berbagai komoditas pangan strategis, seperti kedele, daging sapu, bawang putih dan gula pasir.

Kunci sukses ketersediaan pangan terletak pada kemampuan para petani mampu meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Untuk itu, agar para petani mampu menggenjot produksi secara optimal, dibutuhkan adanya inovasi dan teknologi yang mendukung. Para petani tidak mungkin akan dapat mendongkrak produksi, seandainya mereka hanya bekerja sendirian.

Disinilah perlunya kehadiran para Penyuluh Pertanian yang akan mendidik para petani untuk mampu meningkatkan produksi terbaiknya. Dengan mengedepankan proses pembelajaran dan pemberdayaan, para Penyuluh Pertanian sebagai guru petani dimintakan untuk memberi pencerahan kepada para petani terkait dengan hal-hal baru dalam perkembangan pembangunan pertanian.

Pertanyaan nya adalah dari mana para Penyuluh Pertanian akan memperoleh inovasi dan teknologi terkininya ? Jawabannya tegas, tentu dari para Peneliti, Pengkaji dan Pemulia Tanaman, yang selama ini tampak getol melakukan penelitian. Mereka ada di Lembaga Penelitian maupun di Perguruan Tinggi. Para peneliti inilah yang diharapkan akan berkomunikasi dengan para Penyuluh Pertanian untuk menyebar-luaskan hasil penelitiannya kepada para petani.

Atas gambaran yang demikisn, Peneliti-Penyuluh-Petani adalah tiga serangkai yang perlu untuk selalu bersinergi dan berkolaborasi. Mereka inilah yang telah membuktikan kisah sukses bangsa kita meraih swasembada beras. Tanpa kiprah mereka, tidak mungkin bangsa kita akan di daulat FAO untuk menjelaskan kepada seluruh anggotanya tentang langkah-langkah menggapai swasembada beras pada tahun 1984 lalu.

Apa yang kita raih 38 tahun lalu, rupanya tahun 2022 ini, kita ulangi lagi dengan keberhasilan Swasembada Beras 2019-2021. Lembaga riset dunia sekelas International Research Rice Institute (IRRI) bersama FAO lagi-lagi memberi penghargaan kepada Pemerintahan Jokowi, karena selama tiga tahun berturut-turut kita tidak melakukan impor beras komersil. Semua ini tercapai, tentu berkat kinerja terbaik dari tiga serangkai diatas.

Yang jadi persoalan berikutnya adalah apakah kita akan mampu melestarikan swasembada beras yang kita capai saat ini agar bisa berkelanjutan ? Hal inilah yang butuh ihtiar kita bersama untuk mewujudkannya. Artinya, betapa tidak bernilainya swasembada beras yang kita gapai seandainya tahun depan kita melakukan impor beras komersil kembali. Ini, jelas tidak boleh terjadi. Trade mark swasembada beras, tetap harus kita pertahankan.

Terjadinya anomali iklim diberbagai belahan dunia, membuat banyak negara untuk berhati-hati dalam merencanakan pembangunan pertaniannya. Tren menurunnya produksi padi, juga perlu diantisipasi sekaligus dicarikan solusi terbaik. Kita perlu mencari terobosan cerdas agar produksi padi tetap meningkat, sehingga swasembada beras yang kita raih tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Salah satu terobosan yang pantas digarap adalah pengembangan padi hibrida.

Sebagaimana diketahui, dari banyak literatur yang ada, pengertian hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.

Berdasarkan pengalaman selama ini, kelebihan beberapa varietas padi hibrida adalah potensi hasil panen yang maksimal, mengingat produktivitasnya yang cukup tinggi. Hasil panen dapat mencapai satu setengah hingga dua kali lipat dari padi lokal. Beberapa demfarm yang dilakukan mampu menghasilkan rata-rata 9 ton per hektar. Butiran padi yang dihasilkan terlihat lebih bagus, dengan kualitas nasi yang lebih pulen dan wangi.

Sedangkan kelemahan dari padi hibrida antara lain, pertama, harga benih yang mahal; kedua, petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya; ketiga, tidak setiap galur atau varietas yang dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Beberapa kelemahan ini, tentu penting dicermati agar pengembangannya ke depan bakal diperoleh hasil yang diharapkan.

Pengembangan padi hibrida sangat membutuhan ada nya "political will" yang kuat dari Pemerintah, disamping dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam urusan padi hibrida. Dalam pelaksanaan di lapangan sangat dibutuhkan ada lembaga atau sosok yang membawa pedang samurai nya. Akan lebih baik, jika para Kepala Daerah pun ikut terlibat secara nyata dalam pengembangannya di lapangan.

Padi hibrida juga butuh disosialisasikan atau dikampanyekan kepada para petani. Kesadaran petani penting dibuka terkait dengan kelebihan dan kelemahan padi hibrida. Sebagai inovasi, akan sangat tepat jika para Penyuluh Pertanian tampil proaktif dalam mengadvokasi petani tentang padi hibrida ini. Dalam hal ini, kita butuh Penyuluh Pertanian yang "motekar" (cekatan), bukan Penyuluh Pertanian yang "kuuleun" (tidak kreatif).

Di tengah-tengah semangatnya Pemerintah mengembangkan Food Estate berbagai komoditas bahan pangan tersebut, tidak tertutup kemungkinan bila Pemerintah pun secara khusus mengembangkan Food Estate Padi Hibrida di daerah-daerah terpilih. Dalam penyelenggaraan nya Pemerintah dapat bersinergi dengan dunia usaha swasta yang selama ini telah mengembangkan padi hibrida. Kerja-sama ini mutlak ditempuh agar diperoleh hasil yang optimal sebagai bentuk kemitraan yang berkualitas.

Food Estate Padi Hibrida adalah sebuah langkah untuk mulai mengenalkan beberapa kelebihan padi hibrida dibanding padi inbrida kepada masyarakat, khususnya lagi para petani. Selain itu, langkah ini dapat juga diskenariokan untuk memperkuat ketersediaan beras dalam rangka memperkokoh ketahanan dan kemandirian perberasan nasional. Memang, untuk mewujudkannya tidak segampang kita membolak-balik telapak tangan. Kita butuh berjuang dengan penuh kehormatan dan tanggungjawab untuk membuktiksnnya.

 

SUMBER :

ENTANG SASTRAATMADJA, KETUA HARIAN DPD HKTI JAWA BARAT