Menuju Ketahanan Pangan, PUPR Rampungkan Saluran Irigasi di Garut

Selasa, 22 Januari 2019, 06:59 WIB

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, saat meninjau Bendung Copong di Garut, Jawa Barat. | Sumber Foto: PUPR

AGRONET -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1 juta hektare dan merehabilitasi sekitar 3 juta hektare pada periode 2015-2019. Target ini untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, saat meninjau Bendung Copong di Garut, Jawa Barat, Senin (21/1) mengatakan pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi premium. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata, air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani.

Dalam peninjauan tersebut, Basuki menyaksikan masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong. Oleh karena itu, dia mengajak agar masyarakat terus meningkatkan budaya buang sampah pada tempatnya dan tidak ke sungai.

Bendungan Copong merupakan bagian dari daerah irigasi (DI) Leuwigoong. Pekerjaan tengah ditangani oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektare yang berada di 11 Kecamatan di Kabupaten Garut. 

Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air. Terjadi pendangkalan pada saluran irigasi, kerusakan pada bangunan-bangunan air, dan beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan.

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Happy Mulya, mengatakan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap. Pada 2010-2014 dilakukan pembangunan Bendung Copong di Kabupaten Garut yang berfungsi untuk menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi hingga musim kemarau. Biaya pembangunannya sebesar Rp136,3 miliar.

Dilanjutkan pada 2013-2018 dengan pembangunan saluran primer sepanjang 15 km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 km. Lalu pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 km dan rehabilitasi/peningkatan sepanjang 69,5 km.

Selain itu juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunannya sebesar Rp495 miliar. “Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam dua tahun (2019-2020),” jelas Happy.

Dia menjelaskan, tahun 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp77 miliar. "Dengan adanya jaringan irigasi yang baik dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176 persen menjadi 250 persen. Artinya bisa tanam padi 2 kali dan 1 kali palawija. Dengan demikian, Kabupaten Garut memantapkan kontribusinya sebagai lumbung pangan di Jawa Barat," katanya.

Sebelum adanya irigasi teknis, petani masih menggunakan irigasi sederhana dan tadah hujan. DI Leuwigoong memiliki luas 5.313 hektare yang terdiri dari 11 irigasi teknis, yaitu Ciojar (73 hektare), dan Cibuyutan Utara (531 hektare).

Kemudin, Situ Bagendit (409 hektare), Citikey (528 hektare), Cermot (107 hektare), Citameng II (82 hektare), Citameng III (91 hektare), Citameng IV (498 hektare), Cipacing (593 hektare), Cibuyut (89 hektare), Situhiang (70 hektare), dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 hektare. (591)