BKP Kementan: Pekarangan untuk Kemandirian Pangan

Sabtu, 16 Mei 2020, 14:43 WIB

Pemanfaatan pekarangan untuk kemandirian pangan rumah tangga. | Sumber Foto: Istimewa

AGRONET -- Tidak dapat dipungkiri, pandemi COVID-19 telah mengubah gaya hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Hal tersebut dikhawatirkan berpengaruh terhadap kelancaran distribusi pangan yang dapat menggangu ketahanan pangan hingga di tingkat rumah tangga.

Terkait hal itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, menyebutkan ketahanan pangan harus dibangun melalui kemandirian dan kedaulatan pangan yang mampu memproduksi sendiri bahan pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

”Seringkali disampaikan Pak Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa tidak boleh 267 juta penduduk Indonesia ada yang mengalami kelaparan. Artinya apa, kita harus menjamin bahwa setiap individu harus hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kita harus bangun ketahanan pangan kita berdasarkan kemandirian dan kedaulatan pangan,” ungkapnya.

Dijelaskan Agung bahwa Kementan telah mengembangkan kegiatan Pertanian Keluarga, Pekarangan Pangan Lestari (PPL), dan Lumbung Pangan Masyarakat. “Saya titip tiga kegiatan ini. Tolong dikawal Kostratani, Kostrada, dan Kostrawil. Penyuluh itu banyak berperan, mulai dari tiap kegiatan harus dikawal pelaksanaannya,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi online bersama petani dan penyuluh seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Jumat (16/5).

Pendekatan pertanian keluarga yang terpenting, kata Agung, adalah komitmen pemerintah daerah, keterlibatan pemuda, kesetaraan gender, dan penyediaan pendidikan vokasi, pelatihan, pendampingan, dan penerapan teknologi. Selain itu juga penguatan akses keluarga petani terhadap permodalan, sarana produksi, dan asuransi usaha tani.

Yang tidak kalah penting, dia menyebut, pengembangan budidaya pangan yang beragam, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian untuk keberlanjutan usaha tani dan menjaga biodiversitas. “Dan ini tentu sangat erat kaitannya dengan kawan-kawan di Polbangtan. Gunakan pertanian keluarga ini sebagai media vokasi,” ujarnya.

Agung meyakini jika kegiatan P2L dan pertanian keluarga ini terus dioptimalkan dan dikembangkan maka ketahanan pangan di Indonesia akan terus berkelanjutan. “Kegiatan ini akan memicu mereka untuk mandiri dalam memenuhi sebagian kebutuhan pangannya, bahkan dapat menambah pendapatan sehingga ini bisa berkelanjutan. Mereka akan terus menanam untuk menjadi sumber pendapatan ekonomi mereka, itu yang penting,” tegasnya.

Tahun ini, sasasran P2L sejumlah 3.876 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini dana bantuan permerintah sudah masuk ke rekening kelompok. Agung pun menaruh harapan besar kepada Penyuluh Pertanian/Kostratani untuk turut mengawal kegiatan ini di lapangan agar terus berkelanjutan. “Transfer dananya sudah terlaksana ke kelompok. Tinggal realisasi fisiknya. Sedangkan Pertanian Keluarga yang tadi itu kita scaling up dari P2L ini,” ujarnya. (139)