Tiga Tanaman Buah Ini Bisa Cegah Dampak Perubahan Iklim

Rabu, 15 Juli 2020, 10:15 WIB

Penghitungan stok karbon pada tanaman manggis berguna sebagai mitigasi perubahan iklim dan untuk memperoleh data potensi tanaman hortikultura dalam menyimpan karbon. | Sumber Foto: Humas Ditjen Hortikultura

AGRONET -- Dampak perubahan iklim (DPI) yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi produktivitas dalam sektor pertanian. Selain itu bisa menyebabkan terjadinya perubahan curah hujan, musim tanam, ketersediaan air tanah, dan serangan hama penyakit pada tanaman yang akan dibudidayakan.

Salah satu solusi yang belum banyak diketahui masyarakat dalam mitigasi dampak perubahan iklim adalah peran komoditas tanaman buah dalam penyerapan karbon di udara. Beberapa tanaman buah yang memiliki potensi dalam penyerapan karbon atau dikenal sebagai penyimpan stok karbon adalah komoditas durian, mangga, dan manggis.

Tanaman manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai jual dan nilai ekspor yang cukup tinggi. Buah manggis yang dikenal memiliki zat antioksidan yang tinggi ternyata juga berperan dalam penyerapan emisi karbon.

Salah satu lokasi kawasan manggis terdapat di Desa Puspahiang, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan sentra kawasan manggis di Jawa Barat. Ketua kelompok tani Sari Puspa, Sukena, dalam keterangannya, Selasa (14/7) menerangkan kawasan manggis seluruhnya di Desa Puspahiang mencapai lebih dari 100 hektare. Umur tanaman bervariasi antara 10-100 tahun.

Dalam rangka mendukung program mitigasi terhadap dampak perubahan iklim (DPI), Direktorat Jenderal Hortikultuar berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam melakukan pengukuran stok karbon pada tanaman manggis.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, menyampaikan mitigasi DPI dapat dilakukan dengan pengembangan kawasan buah-buahan seperti manggis, durian, dan mangga. Untuk tanaman manggis di Indonesia berdasarkan data pusat terdapat lebih dari dua juta pohon manggis.

"Jika diasumsikan setiap pohon dapat menyerap 0,10 ton per tahun, maka stok karbon total pada tanaman manggis bisa mencapai 200.000-an ton per tahun," pungkasnya.

Hal senada disampaikan oleh I Putu Santikayasa, pengajar di Institut Pertanian Bogor, yang turut serta dalam pengukuran stok karbon. Dia menyatakan kegiatan ini perlu untuk mengidentifikasi potensi penyerapan karbon di suatu wilayah, khususnya pada kawasan manggis di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pengukuran stok karbon dapat menggunakan metode non-destruktif, yakni dengan menghitung jumlah karbon pada setiap komponen yang diukur.

Menurutnya, ada empat komponen pengukuran stok karbon, yaitu lingkar batang dan tinggi tanaman, seresah di bawah tajuk tanaman, tanaman bawah yang masih hidup, dan komponen tanah pada lapisan atas bawah. "Dari empat komponen ini kita hitung jumlahnya sehingga diperoleh total stok karbon yang disimpan oleh tanaman manggis,” terangnya.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, mengatakan manfaat dalam penghitungan stok karbon selain sebagai mitigasi perubahan iklim, juga untuk memperoleh data potensi tanaman hortikultura dalam menyimpan karbon.

"Kita berharap ke depan banyak pengamatan di lokasi yang berbeda, juga varietas lain pada komoditas yang sama. Data tersebut nantinya berguna untuk analisis dan penyusunan kebijakan dalam pengembangan kawasan hortikultura untuk mitigasi DPI,” ungkap wanita yang akrab disapa Yanti itu.

Agung Sunusi, Kasubdit Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam, menjelaskan pemilihan lokasi pengambilan stok karbon untuk komoditas manggis. Ini didasarkan pada lokasi sentra yang selama ini menjadi penyangga buah manggis nasional bahkan sampai ke pasar ekspor.

Desa Puspahyang, Tasikmalaya, sudah dikenal sejak lama sebagai sentra utama manggis.Bahkan pohon induk dan blok penggandaan mata tempel manggis ada di desa ini.

Turut dalam pengambilan sampel di lapangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Tim Balai Penyuluhan Pertanian, dan POPT.

"Ke depan tentunya bisa direplikasi ke lokasi sentra komoditas buah manggis lainnya. Sehingga diperoleh data stok karbon dari berbagai lokasi maupun varietas manggis yang ada di Indonesia," pungkas Agung. (139)