Prof Arief Daryanto ungkap Strategi Perunggasan di Indonesia

Jumat, 10 Juni 2022, 19:07 WIB

Prof. Arief Daryanto | Sumber Foto:IPB

AGRONET -- Perunggasan di Indonesia menjadi topik perbincangan yang menarik. Prof Arief Daryanto paparkan strategi peningkatan daya saing dan rantai nilai inklusif industri perunggasan Indonesia. Menurutnya, berdasarkan tren transformasi yang terjadi, perlu dilakukan upaya peningkatan sistematis untuk meningkatkan daya saing industri unggas di Indonesia. Ia juga menyebut, peningkatan daya saing tersebut sekaligus mempromosikan ketangguhan dan ketahanan industri perunggasan nasional. Hal ini diungkapnya saat berlangsung konferensi pers pra orasi ilmiah guru besar yang digelar secara daring, 9/6.

“Industri perunggasan merupakan pasar menarik (atraktif) karena potensi konsumsi protein dan nilai transaksi pasar yang besar, baik dalam era sebelum, pada saat dan setelah pandemi (era kenormalan baru),” kata Prof Arief Daryanto, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University.

Meskipun demikian, katanya, kenyataan menunjukkan bahwa daya saing sektor perunggasan masih menghadapi berbagai tantangan pada setiap tahapan rantai nilai. Beberapa tantangan yang dimaksud antara lain biaya pakan yang mahal, skala produksi yang masih kecil, ketidakmampuan ekspor unggas meskipun Indonesia dinilai telah swasembada daging ayam. Tidak hanya itu, sektor industri unggas di nusantara juga dihadapkan masih adanya input produksi yang diimpor dan ancaman masuknya daging ayam dari luar negeri.

“Preferensi masyarakat  Indonesia lebih menyukai daging segar daripada beku, di samping itu, kinerja rantai nilai juga belum menghasilkan manfaat yang inklusif bagi stakeholders yang terlibat, terutama peternak skala kecil,” tambah Prof Arief Daryanto, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Sekolah Vokasi IPB University.

Prof Arief menerangkan, upaya yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha dalam industri unggas antara lain meningkatkan koordinasi vertikal. Koordinasi vertikal dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah di seluruh rantai pasokan untuk meningkatkan stabilitas marjin keuntungan.

Dosen IPB University itu juga menyarankan agar pelaku usaha menerapkan AgTech dan digitalisasi. Upaya ini dapat dimulai dari kandang sampai meja konsumen di seluruh rantai pasokan. Penggunaan big data, Internet of Things, robot, sensor dan drone merupakan teknologi yang sangat maju untuk mentransformasi industri perunggasan.

“Pelaku usaha unggas juga perlu meningkatkan keamanan bio. Keamanan bio dilakukan dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit dan mengurangi tingkat kematian unggas,” tambah Prof Arief.

Prof Arief juga menyarankan agar dilakukan modernisasi dan otomatisasi di seluruh rantai pasok industri unggas. Upaya modernisasi dan otomatisasi dilakukan dalam meningkatkan efisiensi lahan pertanian dan untuk mengurangi rasio konversi pakan dan mengurangi masa pertumbuhan dan penggemukan.

Sejalan dengan usaha-usaha di atas, katanya, pada era normal baru, peningkatan daya saing industri daging ayam dan telur membutuhkan perubahan model rantai pasokan dari yang bersifat tradisional (lama) ke model yang baru. Model rantai pasokan yang baru dicirikan dengan adanya perusahaan yang terintegrasi baik skala kecil, menengah dan besar, tersedianya pabrik pakan lokal dengan harga yang lebih bersaing, volume produksi lebih besar, pembibitan yang modern dan tersedianya infrastruktur pendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Prof Arief menerangkan, pemasaran yang bersifat rantai dingin mutlak diperlukan karena daging ayam dan telur mudah rusak (perishable). Penambahan nilai di sepanjang rantai nilai dalam model pasokan yang baru dapat dilakukan melalui process upgrading, product upgrading, functional upgrading, channel upgrading, dan intersectoral upgrading. Pada saat pandemi COVID-19, karena adanya pembatasan mobilitas ada pula persoalan rantai nilai yang terganggu (broken supply chain).

“Kesemuanya ini harus kita siapkan bersama tingkat resiliensi industri perunggasan yang kuat dari hulu sampai meja makan (from breed to table). Dari bibit yang tangguh sampai makanan yang disajikan di atas meja (siap konsumsi),” kata Prof Arief Daryanto, Komisaris PT Bogor Life Science and Technology (BLST) IPB University ini.
 
Sumber :
Siaran Pers
IPB University
No 652/SP.BIRKOM.IPB/VI/2022
Bogor, 10 Juni 2022