Stok Beras Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Naik

Kamis, 08 November 2018, 12:05 WIB

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, bersama Dirut Perum Bulog, Budi Waseso, kembali sidak ke pasar Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada Kamis (8/11) pagi. | Sumber Foto: Biro Humas dan Informasi Publik Kementan

AGRONET -- Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, kembali melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar pada Kamis (8/11) pagi. Amran mengecek langsung ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), sebagai barometer stok beras nasional.

Berdasarkan pantauan bersama Direktur Utama Bulog, Satgas Pangan Polri, Dirut PT. Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola PIBC, perwakilan Bank Indonesia, dan Pemprov. DKI Jakarta, Amran memastikan ketersediaan beras mencukupi dan harga terkendali.  Amran menyampaikan adanya kenaikan harga beras medium belakangan ini di tengah kondisi stok beras yang cukup adalah sebagai sebuah anomali.

"Kita mengecek pangan di lapangan mulai jam 5 subuh tadi. Alhamdulillah semua posisi stabil. Tidak ada alasan (harga naik). Maaf jangan lagi dibawa ke ranah politik. Ini pangan kita stabil, beras stabil, harga ayam stabil hanya Rp27 ribu/kg, telur Rp22ribu/kg. Kami cek langsung dengan tim lengkap," ujar Amran.

Stok Beras PIBC

Dirut PT. Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan stok beras di PIBC sangat cukup. "Stok PIBC hari ini mencapai 50 ribu ton, kemarin 51 ribu ton, lebih tinggi dari biasanya," kata Arief.

Dia mengakui ada pergerakan harga untuk beras jenis medium, namun sudah diantisipasi dengan meminta Bulog agar melakukan operasi pasar untuk menjaga laju inflasi. "Kondisi saat ini sebenarnya produksi pertanian kita dalam hal ini beras sebenarnya cukup. Kalau di Jakarta cukup, pasokan masih normal," tambahnya.

Menurut Arief ketersediaan beras medium menurun karena ada kecenderungan diubah menjadi beras premium.  "Artinya kalau panennya segitu kemudian mereka jadikan ke premium, karena marginnya lebih tinggi. Ini adalah mekanisme ekuilibrium baru, ini fenomena yang terjadi. Jadi bukan masalah produksi," ujarnya.

Selama ini yang disebut sebagai beras premium adalah dengan spesifikasi 5 persen broken. Sedangkan di pasar sekarang yang disebut premium itu 15 persen broken, dan jumlahnya sangat banyak dibanding medium.

Saat ini ketersediaan beras premium di PIBC mencapai lebih dari 80 persen. Sedangkan beras medium di bawah 15 persen. "Kalau saya melihatnya ini lebih baik, jadi orang ambilnya beras yang lebih baik, tidak mau lagi beras medium," pungkasnya. (591)